Tujuan Terkait
Tujuan Lestari terkait

Pesta Literasi Angkat Cerita Khatulistiwa, Jembatan Keberagaman di 12 Kota

Tim Parapuan - Selasa, 2 September 2025
Amie Puspahadi (tengah) selaku Ketua Pesta Literasi Indonesia 2025
Amie Puspahadi (tengah) selaku Ketua Pesta Literasi Indonesia 2025 Putri Renata

Parapuan.co - Pesta Literasi Indonesia kembali hadir dengan wajah yang lebih segar di tahun 2025. Gelaran kali ini mengusung tema 'Cerita Khatulistiwa', sebuah konsep yang ingin merangkum keberagaman Indonesia dalam satu ikatan sama, yakni semangat literasi. 

Dalam konferensi pers yang digelar pada Kamis (28/8), Amie Puspahadi, selaku ketua pelaksana Pesta Literasi Indonesia menekankan bahwa tema 'Cerita Khatulistiwa' lahir dari keinginan untuk merayakan keragaman pengalaman. Sebab, setiap daerah di Indonesia memiliki cerita, tradisi, dan cara berekspresi yang unik. 

Selama dua tahun sebelumnya, acara literasi ini lebih banyak berpusat di Jakarta. Banyak pihak mempertanyakan mengapa tidak digelar di kota lain.

Pertanyaan itu kemudian dijawab oleh Amie, tahun ini Pesta Literasi akan bergerak berkeliling, menyinggahi 12 kota sekaligus. Dengan begitu, masyarakat di daerah pun bisa turut merasakan energi literasi yang sama seperti di ibu kota.

Hadir Bersama Komunitas Lokal

Lebih istimewa lagi, penyelenggaraan kali ini tidak dilakukan sendirian. Panitia menggandeng berbagai komunitas lokal, menjadikan acara ini lebih inklusif dan relevan dengan karakter masing-masing daerah. 

"Bersama komunitas, intinya kami mau berbagi, kami ingin mendengar cerita dari teman-teman dan kalau bisa itu semua seluruh Indonesia karena pasti pengalamannya beda-beda, pengalaman yang unik-unik," jelas Amie. 

'Cerita Khatulistiwa' di setiap kota akan tampil dengan warna berbeda. Amie menjelaskan di Magelang misalnya, literasi dikaitkan dengan aktivitas membatik. Sementara di Ambon, masyarakat bisa menikmati literasi lewat musikalisasi puisi dan pertunjukan stand up comedy. Beralih ke Pontianak, penutupan acara akan dimeriahkan dengan pentas tarian tradisional.

Keunikan-keunikan inilah yang membuat setiap kota memiliki ciri khas sendiri, meskipun benang merahnya tetap sama yaitu literasi. Dengan cara ini, perayaan literasi menjadi tidak monoton, justru semakin kaya karena mengambil inspirasi dari kekayaan lokal.

Baca Juga: Membacakan Buku yang Sama Berulang Bermanfaat bagi Anak, Ini Alasannya

Diskusi Panel hingga Workshop

Amie juga menambahkan jika setiap kota yang disinggahi akan memiliki minimal dua acara utama. Ia mengungkapkan bahwa "Di setiap kota itu ada minimal dua acara ada sesi besar yang pertama itu diskusi panel."

Diskusi panel ini akan menghadirkan beragam narasumber, tidak hanya penulis atau penerjemah, tetapi juga tokoh lokal, psikolog, hingga pegiat lingkungan, tergantung tema yang diangkat di masing-masing daerah.

Topik yang diangkat juga meluas ke isu-isu sosial, lingkungan, hingga kesehatan mental. Amie menambahkan "Temanya itu bukan tentang buku aja gitu, tapi misalnya ada tentang lingkungan, ada tokoh pembahasan lingkungan. Ada yang mau kita angkat mental health, nah itu ada dari psikolog gitu."

 

Selain diskusi panel, Pesta Literasi juga akan diperkaya dengan beragam workshop. Mulai dari penulisan kreatif, ilustrasi, hingga kegiatan menarik lainnya. Workshop ini dirancang untuk menjangkau berbagai kalangan, termasuk anak-anak. Dan salah satu kegiatan yang paling ditunggu adalah lomba ejaan bahasa Indonesia, yang tahun lalu sudah terbukti sukses menarik banyak peserta.

Kegiatan Sosial: Donasi Buku

Tidak berhenti di situ, rangkaian acara juga menyertakan sesi menonton film bersama, pentas tari, hingga donasi buku. Donasi ini menjadi bagian penting, karena setiap peserta diajak membawa buku layak baca yang nantinya akan disalurkan ke taman baca masyarakat di kota tersebut.

Inisiatif ini diharapkan bisa memperluas akses literasi bagi masyarakat yang mungkin belum terjangkau buku-buku baru.

Baca Juga: Review Buku 'Aku Tetap Diriku Walaupun Sudah Menjadi Orang Tua', Mengapa Jadi Ibu Sulit?

Output: Antologi Pesta Literasi Indonesia 2025

Setelah rangkaian kegiatan berakhir pada 28 September 2025, Pesta Literasi masih memiliki kegiatan lainnya. Salah satunya adalah pengumpulan naskah dari masyarakat di 12 kota penyelenggara.

Naskah-naskah terpilih nantinya akan dibukukan dalam bentuk antologi dan menjadi jejak nyata dari semangat literasi yang tumbuh di berbagai daerah.

Amie menambahkan, rencananya akan ada dua judul antologi yang diterbitkan. Kehadiran buku ini nantinya bukan hanya sebagai dokumentasi, tetapi juga sebagai simbol keberlanjutan.

Semangat literasi tidak berakhir di panggung acara, melainkan terus hidup lewat karya yang bisa dinikmati banyak orang.

Momen penerbitan antologi ini juga bertepatan dengan ulang tahun Gramedia Pustaka Utama (GPU) pada tahun depan. Dengan begitu, perayaan literasi memiliki arti ganda untuk merayakan keragaman Indonesia sekaligus menandai tonggak sejarah penerbit GPU di tanah air.

Keterlibatan berbagai pihak dalam acara ini menunjukkan bahwa literasi adalah ruang kolaborasi. Bukan hanya bagi pemerintah maupun penerbit, tetapi juga komunitas, tokoh lokal, dan masyarakat luas. Semua bisa berperan, sesuai kapasitas dan kreativitas masing-masing.

Lebih jauh lagi, Pesta Literasi membuktikan bahwa literasi bisa menjadi jembatan antara tradisi dan modernitas.

Membatik, musik, hingga stand up comedy bisa menjadi pintu masuk menuju dunia literasi yang lebih luas. Dengan begitu, literasi tidak dipandang sebagai sesuatu yang kaku, melainkan fleksibel, menyenangkan, dan relevan dengan zaman.

Pesta Literasi Indonesia 2025 diharapkan menjadi momentum penting untuk merayakan kebersamaan. Di tengah perbedaan latar budaya, bahasa, dan kebiasaan, literasi menjadi titik temu. Seperti khatulistiwa yang membentang di tengah negeri, literasi hadir sebagai penghubung yang menyatukan bangsa.

Dengan semangat 'Cerita Khatulistiwa', acara ini bukan hanya pesta buku, tetapi pesta gagasan, kreativitas, dan keberagaman. Dari Jakarta hingga Pontianak, Magelang sampai ke Ambon, setiap kota membawa cerita unik yang menambah kaya literasi Indonesia. 

Baca Juga: Pesta Literasi Indonesia 2025 Mengusung Tema Cerita Khatulistiwa

(*)

Putri Renata

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.