Tujuan Terkait
Tujuan Lestari terkait

Pesta Literasi Indonesia 2025 Mengusung Tema Cerita Khatulistiwa

Tim Parapuan - Jumat, 29 Agustus 2025
Gramedia Pustaka Utama resmi membuka rangkaian Pesta Literasi Indonesia 2025 pada Kamis (28/8)
Gramedia Pustaka Utama resmi membuka rangkaian Pesta Literasi Indonesia 2025 pada Kamis (28/8) Putri Renata

Parapuan.co - Gramedia Pustaka Utama resmi membuka rangkaian Pesta Literasi Indonesia 2025 pada Kamis (28/8/2025). Acara ini merupakan sebuah perhelatan literasi berskala nasional yang akan berlangsung sepanjang September di berbagai kota. Konferensi pers ini turut dihadiri oleh Ernest Prakasa, dr. Jiemi Ardian, komunitas, penulis, dan bookstagram

Gelaran tahun ini mengusung tema “Cerita Khatulistiwa”, sebuah ajakan untuk menelusuri beragam kisah dari penjuru Nusantara. Tema tersebut dipilih sebagai simbol bahwa literasi tidak hanya sekadar kegiatan membaca, melainkan juga ruang perjumpaan, pertukaran gagasan, dan perayaan identitas budaya Indonesia.

Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, Pesta Literasi Indonesia 2025 tidak berpusat di satu lokasi, melainkan hadir di 12 kota besar maupun kecil di Tanah Air. Mulai dari Bogor hingga Pontianak, setiap kota akan menjadi tuan rumah yang menghadirkan cerita khas, komunitas lokal, dan semangat literasi yang berpadu dengan kearifan daerah masing-masing.

Adapun kota-kota yang akan menjadi destinasi antara lain Bogor, Garut, Magelang, Malang, Ambon, Manado, Makassar, Jayapura, Medan, Padang, Pekanbaru, dan Pontianak. Rangkaian acara akan dimulai pada 6 September di Bogor, lalu bergerak ke Garut pada 13 September. Di tanggal 14 September, menjadikan Magelang dan Malang sebagai tuan rumah, sementara Ambon, Manado, dan Jayapura menyusul pada 20 September.

Semangat literasi kemudian akan dilanjutkan di Makassar pada 21 September. Menjelang akhir bulan, akan diadakan di Medan (27 September), serta Padang, Pekanbaru, dan Pontianak (28 September) yang menjadi titik penutup perjalanan panjang Pesta Literasi Indonesia 2025. Dengan jadwal yang padat, acara ini diharapkan mampu menjangkau lebih banyak masyarakat di berbagai wilayah.

Dalam penyelenggaraannya, Gramedia tidak berjalan sendiri. Sebanyak 13 komunitas literasi akan ikut terlibat aktif. Mulai dari Kayuh Literasi, Sundayreads Club Magelang, hingga Torang Baca di Manado dan Buku Bacarito di Sumatera Barat. Kolaborasi lintas komunitas ini menjadi penanda kuat bahwa literasi tumbuh subur di berbagai daerah, tidak hanya terpusat di kota-kota besar.

Kehadiran komunitas lokal ini juga akan memberi warna berbeda di tiap kota. Misalnya, Jazirah Timur Labuhan Kata akan membawa perspektif literasi dari wilayah timur, sementara Rangkum & Uraikan Book Club menawarkan pendekatan kreatif melalui diskusi dan rangkuman buku. Semua itu menjadi potret keragaman yang sejalan dengan semangat Cerita Khatulistiwa.

Tidak hanya sekadar ajang pamer buku, Pesta Literasi Indonesia 2025 dirancang sebagai ruang interaksi yang hidup. Kegiatan yang disiapkan pun beragam dimulai dari diskusi panel, bedah buku, lokakarya, kompetisi, donasi buku, hingga bazar. Masyarakat juga diberi kesempatan untuk mengirim karya ke dalam antologi bersama, sebuah ruang nyata bagi penulis muda maupun berpengalaman untuk berkarya.

Ketua Pesta Literasi Indonesia 2025, Amie Puspahadi, menegaskan bahwa acara ini bukan hanya perayaan bacaan, melainkan juga forum dialog. “Kami ingin masyarakat saling mendengar, saling mengenal, dan bersama-sama membangun bangsa yang terbuka serta berpengetahuan,” ujarnya.

Baca Juga: Pakar Sebut Pentingnya Literasi dan Regulasi Batas Usia di Dunia Digital

 

Amie menambahkan bahwa literasi sejatinya berkaitan erat dengan keberdayaan. “Membaca bukan hanya soal teks, tapi juga kemampuan memahami dunia. Pesta Literasi ini adalah upaya agar masyarakat semakin berdaya melalui literasi yang hidup di keseharian mereka,” katanya.

Sejak pertama kali hadir pada 2023, Pesta Literasi Indonesia telah menjadi kalender tetap bagi pecinta literasi. Ribuan pengunjung dari berbagai latar belakang ikut serta, mulai dari pelajar, akademisi, komunitas, hingga keluarga yang datang bersama anak-anaknya. Tradisi ini terus dilanjutkan agar literasi tidak hanya berhenti pada generasi sekarang, melainkan diwariskan kepada generasi mendatang.

Tahun 2025 menjadi langkah baru karena skala acara diperluas hingga 12 kota. Langkah strategis ini diharapkan bisa memperkuat peran literasi dalam membangun fondasi bangsa yang cerdas, inklusif, dan berdaya saing. Tidak hanya di Jawa, tetapi juga di Sumatera, Sulawesi, Maluku, hingga Papua.

Keterlibatan tokoh publik seperti Ernest Prakasa dan dr. Jiemi Ardian dalam konferensi pers juga memberi energi tambahan. Kehadiran mereka menunjukkan bahwa literasi memiliki kaitan erat dengan berbagai bidang, mulai dari seni hingga kesehatan. Pesan yang ingin disampaikan menggarisbawahi bahwa membaca dan menulis adalah bagian dari gaya hidup modern yang relevan untuk siapa pun.

Selain itu, kolaborasi dengan bookstagrammer dan komunitas digital juga menegaskan bahwa dunia literasi telah bertransformasi. Media sosial kini menjadi pintu masuk bagi generasi muda untuk terhubung dengan buku. Pesta Literasi Indonesia memanfaatkan momentum ini dengan merangkul platform digital sebagai ruang promosi sekaligus diskusi.

Tidak kalah penting, kegiatan donasi buku menjadi salah satu sorotan. Lewat program ini, Pesta Literasi Indonesia ingin memastikan bahwa akses terhadap bacaan bisa menjangkau wilayah-wilayah yang selama ini kurang terlayani. Buku-buku yang terkumpul akan didistribusikan kepada sekolah, komunitas, dan perpustakaan daerah.

Dengan desain acara yang menyebar di berbagai kota, setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk ikut terlibat. Dari diskusi ringan di ruang komunitas hingga lokakarya intensif, semua orang dapat menemukan ruangnya masing-masing. Inilah yang membuat Pesta Literasi Indonesia 2025 terasa lebih inklusif dibandingkan sebelumnya.

Pada akhirnya, Pesta Literasi Indonesia bukan hanya soal pertemuan antara penulis dan pembaca. Lebih dari itu, acara ini menjadi wadah di mana gagasan bertemu, jaringan terbentuk, dan kolaborasi lahir. Semua demi menghidupkan semangat literasi yang menembus batas geografis maupun sosial.

Jejak Pesta Literasi Indonesia ini pun diharapkan tidak berhenti pada acara semata. Gelombang literasi yang tercipta akan terus bergerak, mengalir ke ruang kelas, komunitas kecil, hingga percakapan sehari-hari. Seperti pada tema, Cerita Khatulistiwa tidak akan pernah usai, literasi akan terus hidup di hati masyarakat Indonesia.

Baca Juga: Sambut Hari Literasi, Ini 5 Rekomendasi Buku Karya Penulis Perempuan

(*)

Putri Renata

Penulis:
Editor: Arintha Widya

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.