Parapuan.co - Kawan Puan pernah merasakan mengantuk setelah makan siang, atau mendapati diri hampir tertidur ketika menghadiri rapat usai makan besar?
Jika iya, kamu sedang mengalami fenomena umum yang disebut somnolen pasca makan. Kondisi ini tidak hanya dialami segelintir orang, melainkan menjadi bagian dari pola alami tubuh banyak individu di seluruh dunia.
Selama bertahun-tahun, ada mitos yang menyebutkan bahwa rasa kantuk setelah makan terjadi karena aliran darah dialihkan dari otak menuju saluran pencernaan. Namun, penelitian ilmiah telah membantah hal ini. Faktanya, kantuk pasca makan merupakan hasil gabungan dari proses biologis, pola makan, serta kondisi tidur seseorang.
Melansir laman sleepfoundation, fenomena ini pada dasarnya normal, meski intensitasnya bisa berbeda pada setiap orang. Sebagian individu hanya merasakan sedikit rasa lesu, sementara yang lain bisa benar-benar kesulitan menahan kantuk.
Ada pula orang yang hampir tidak merasakan efek ini sama sekali. Perbedaan tersebut berkaitan erat dengan faktor biologis, kebiasaan tidur, hingga gaya hidup.
Mereka yang memiliki aktivitas pada malam hari atau night owl akan cenderung lebih aktif ketika malam dan biasanya lebih jarang terpengaruh rasa kantuk setelah makan siang. Sebaliknya, individu yang lebih aktif di pagi hari justru lebih mudah dilanda rasa kantuk ketika energi tubuh menurun usai menyantap makanan.
Meski wajar, kantuk di siang hari yang berlebihan bisa mengindikasikan adanya masalah kesehatan. Gangguan tidur seperti insomnia dan sleep apnea, misalnya, dapat memicu rasa lelah berkepanjangan. Begitu pula kondisi medis lain seperti gangguan endokrin, masalah neurologis, hingga depresi yang dapat meningkatkan kebutuhan tubuh untuk beristirahat di siang hari.
Teliti Apa yang Dikonsumsi
Jenis makanan yang dikonsumsi juga berperan penting. Penelitian menunjukkan bahwa makanan tinggi lemak lebih mudah membuat seseorang merasa mengantuk. Lemak, terutama lemak jenuh dari makanan seperti gorengan, pizza, atau daging olahan, bisa memperlambat metabolisme tubuh dan mengganggu kualitas tidur malam, sehingga menimbulkan rasa lelah berkepanjangan.
Baca Juga: Mengapa Ibu Baru Sering Alami Insomnia Pascapersalinan? Ini Alasannya
Selain lemak, makanan tinggi karbohidrat juga dikenal sebagai pemicu kantuk. Konsumsi gula atau pati olahan, seperti permen, roti putih, dan minuman manis, dapat menyebabkan lonjakan gula darah yang drastis. Lonjakan tersebut biasanya diikuti oleh penurunan tajam, sehingga tubuh bereaksi dengan rasa lelah yang tiba-tiba.
Sementara itu, makanan yang mengandung asam amino triptofan, seperti kalkun, kerap dianggap sebagai penyebab utama rasa kantuk. Triptofan memang dapat diubah menjadi serotonin dan melatonin, yakni hormon yang memengaruhi rasa kantuk.
Meski begitu, para ahli menyebut efek ini tidak terlalu signifikan jika dibandingkan dengan pengaruh dari besarnya porsi makanan serta komposisi kalori yang tinggi.
Waktu makan juga berhubungan erat dengan fenomena ini. Rasa kantuk biasanya lebih kuat setelah makan siang karena bertepatan dengan jam biologis tubuh yang memang cenderung menurun pada periode tersebut. Bagi sebagian orang, efeknya semakin terasa jika mereka sudah memiliki kekurangan tidur sejak malam sebelumnya.
Kadar Gula dan Zat Besi
Gangguan kadar gula darah turut menjadi faktor lain. Baik kadar gula darah terlalu tinggi maupun rendah, bisa menimbulkan rasa lelah. Penderita diabetes sangat rentan mengalami kantuk pasca makan akibat fluktuasi kadar glukosa yang sulit dikendalikan. Kondisi ini bisa diperparah oleh konsumsi alkohol maupun pola makan yang tidak seimbang.
Kekurangan zat besi pun tak boleh diabaikan. Zat besi yang rendah dapat memicu sindrom kaki gelisah, mengganggu tidur malam, dan akhirnya menyebabkan kantuk parah di siang hari.
Jika ditambah dengan kurang tidur, rasa kantuk setelah makan bisa semakin intens dan mengganggu produktivitas. Meskipun terdengar sederhana, efek alkohol juga berpengaruh besar. Alkohol memiliki sifat sedatif yang membuat seseorang lebih cepat mengantuk.
Baca Juga: Merasa Mengantuk Meski Sudah Tidur Cukup, Waspadai 10 Masalah Kesehatan Ini
Lalu, apakah rasa kantuk setelah makan bisa dihindari sepenuhnya?
Jawabannya, mungkin tidak. Untuk mengurangi intensitasnya, kamu bisa menjaga kualitas tidur malam.
Tidur yang cukup dan berkualitas membantu tubuh tetap bugar meskipun harus menghadapi jam biologis yang menurun pada siang hari. Dari sisi pola makan, memilih menu berbasis nabati dengan lebih banyak sayuran, buah-buahan, serta kacang-kacangan bisa membantu.
Makanan ini tidak hanya lebih bergizi, tetapi juga cenderung lebih ringan, sehingga tidak membuat tubuh terbebani setelah dikonsumsi. Menghindari porsi berlebihan juga penting agar sistem pencernaan tidak bekerja terlalu keras.
Paparan cahaya alami juga terbukti efektif. Berjalan di bawah sinar matahari atau sekadar duduk di ruang terbuka selama beberapa menit dapat membantu menekan rasa kantuk. Cahaya bekerja sebagai pengatur "sirkadian", yang dimana memberi sinyal pada otak untuk tetap terjaga meskipun tubuh mulai melambat.
Aktivitas fisik ringan, seperti berjalan cepat atau bersepeda singkat, bisa menjadi pilihan lain. Gerakan tubuh meningkatkan aliran darah serta pasokan oksigen ke otak, sehingga rasa kantuk dapat ditekan. Bahkan, olahraga singkat setelah makan dipercaya mampu mempercepat metabolisme dan menjaga energi tetap stabil.
Jangan lupakan peran hidrasi dalam menjaga energi tubuh. Kekurangan cairan sering kali tidak disadari sebagai salah satu pemicu utama rasa lelah dan kantuk setelah makan. Ketika tubuh tidak mendapat cukup air, aliran darah dan distribusi oksigen ke otak bisa terganggu, sehingga konsentrasi menurun dan rasa kantuk lebih mudah muncul.
Bagi sebagian orang, kafein bisa menjadi penyelamat. Secangkir kopi atau teh setelah makan siang dapat membantu meningkatkan kewaspadaan. Namun, penggunaannya tetap harus bijak. Terlalu banyak kafein, terutama di sore hari, bisa mengganggu pola tidur malam dan justru memperparah rasa kantuk di hari berikutnya.
Pada akhirnya, kantuk setelah makan adalah fenomena alami yang terjadi pada banyak orang. Meski begitu, pola makan sehat, tidur cukup, hidrasi yang terjaga, serta aktivitas fisik ringan dapat membantu mengendalikan rasa kantuk tersebut. Jika kantuk terasa berlebihan atau berlangsung terus-menerus, ada baiknya memeriksakan diri ke tenaga medis, karena bisa jadi ada kondisi kesehatan yang mendasarinya.
Baca Juga: Camilan Kaya Magnesium yang Bisa Membantu Tidur Lebih Nyenyak
(*)
Putri Renata