Tantangan Peneliti Perempuan, Perjuangan untuk Berkarya dan Diakui

Saras Bening Sumunar - Rabu, 27 Agustus 2025
Tantangan Anggia Prasetyoputri sebagai peneliti perempuan.
Tantangan Anggia Prasetyoputri sebagai peneliti perempuan. Instagram/anggia_prasetyoputri

Anggia juga menambahkan bahwa untuk 'diakui' dan dianggap setara dengan laki-laki, perempuan harus bekerja lebih keras. Ia menambahkan bahwa "Kita (peneliti perempuan) juga harus bekerja lebih keras biar bisa dianggap setara dengan laki-laki di profesi yang sama."

Selain itu, terdapat pula tantangan unik yang bersumber dari peran ganda perempuan, khususnya ketika berstatus sebagai ibu dan istri.

"Tidak dimungkiri, perempuan itu memiliki beberapa tantangan unik. Misalnya bagi yang sudah berkeluarga, kapasitasnya sebagai ibu dan seorang peneliti itu tidak mudah," terangnya.

Anggia menekankan bahwa menyeimbangkan peran sebagai peneliti sekaligus ibu bukanlah hal sederhana, bahkan menurutnya keseimbangan itu hampir mustahil untuk benar-benar tercapai.

Ada kalanya kamu harus memilih dan memprioritaskan salah satu peran, dan hal tersebut wajar adanya. Namun, kondisi inilah yang membuat banyak perempuan peneliti merasa karier mereka berjalan lebih lambat dibanding laki-laki.

Lebih jauh, Anggia juga menyinggung adanya tantangan sistemik yang memperumit perjalanan perempuan dalam dunia penelitian. Perempuan yang bekerja sebagai seorang peneliti tidak hanya membutuhkan pengakuan, tetapi juga dukungan konkret agar bisa berkembang.

Tanpa adanya dukungan tersebut, banyak peneliti perempuan yang terpaksa membatalkan kesempatan berharga seperti menjadi pembicara seminar atau menghadiri pertemuan ilmiah. Bukan karena mereka tidak pantas, melainkan karena kondisi mereka tidak memungkinkan untuk meninggalkan keluarga.

Situasi ini mencerminkan bahwa hambatan perempuan dalam penelitian bukan sekadar persoalan kapasitas individu, melainkan terkait dengan struktur sosial dan dukungan institusional yang masih kurang memadai.

Hal ini pada akhirnya berpengaruh terhadap kecepatan seorang peneliti perempuan dalam menapaki jenjang karier, yang kerap kali lebih lambat dibanding rekan laki-laki.

Baca Juga: Bergelut dengan Owa Jawa dan Hutan, Ini Cara Rahayu Oktaviani Atasi Kejenuhan

(*)