Parapuan.co - Penyanyi dan selebritas Ashanty membuat pengakuan mengejutkan melalui akun Instagram pribadinya (9/8). Dalam unggahan tersebut, ia membagikan cerita yang belum pernah ia ungkapkan sebelumnya. Pengakuannya ini langsung menyita perhatian publik dan mengundang banyak komentar dukungan dari para penggemar.
Melalui unggahan foto bernuansa hangat dan sederhana, Ashanty membuka tulisan panjangnya dengan menjawab pertanyaan yang sering dilontarkan warganet, “Kenapa sih aku ke psikiater?”.
Ia mengaku, pertanyaan itu sering ia terima, bahkan tidak jarang dari orang-orang yang belum memahami sepenuhnya apa yang membuat seseorang memutuskan untuk berkonsultasi ke tenaga profesional kesehatan mental.
“Ada alasan kesehatan yang orang nggak tahu, trauma lama yang kebawa sampai sekarang, sampai komentar-komentar orang yang sering bikin aku down,” tambah Ashanty dalam keterangan fotonya.
Ashanty menuturkan bahwa selama ini ia jarang membuka cerita pribadinya secara detail di ruang publik. Namun, kali ini ia memilih untuk jujur dan terbuka. “Di sini aku mau jujur, terbuka, dan cerita semuanya,” ujarnya. Pernyataan itu membuat banyak penggemar merasa penasaran sekaligus terharu, karena tidak semua publik figur berani mengungkap sisi rentan dalam hidupnya.
/photo/2025/08/12/screenshot-6png-20250812045203.png)
Lebih lanjut, Ashanty mengajak para pengikutnya untuk membaca seluruh rangkaian unggahannya hingga slide terakhir. Ia menyampaikan bahwa di balik kisah yang ia bagikan, ada pesan penting untuk orang-orang yang saat ini sedang berjuang diam-diam menghadapi masalah mereka sendiri.
“Baca sampai slide akhir ya, karena aku juga punya pesan penting buat kalian yang lagi berjuang diam-diam,” tulisnya.
Salah satu alasan kenapa Ashanty harus berhubungan dengan psikiater adalah ia memiliki trauma tidur dalam keaadan takut saat masa kecil. Efek samping yang dirasakannya adalah gatal-gatal di seluruh badan dan tidak bisa tidur selama berminggu-minggu. Ditambah dengan aktivitas dirinya yang lumayan padat menjadi pemicu kesehatan mental dan fisiknya ikut menurun.
Kisah Ashanty ini dinilai relevan dengan kondisi banyak orang di era sekarang, di mana tekanan mental dari trauma masa lalu, masalah kesehatan, hingga komentar negatif dari orang lain bisa menjadi beban yang sulit diatasi tanpa bantuan profesional.
Baca Juga: Pentingnya Olahraga untuk Perempuan, Kunci Kesehatan Fisik dan Mental
Penyebab Trauma Tumbuh Sejak Kecil
Dilansir melalui laman Kompas.com, sebagian anak justru tumbuh dengan pengalaman pahit yang menimbulkan rasa takut, seperti kekerasan, kehilangan orang tercinta, atau perundungan. Pengalaman traumatis inilah yang kerap terbawa hingga mereka dewasa.
Trauma masa kecil tidak selalu muncul dari pengalaman langsung. Anak juga bisa terdampak ketika menyaksikan orang dekatnya mengalami peristiwa buruk, bahkan paparan tayangan media penuh kekerasan pun dapat meninggalkan bekas mendalam.
Dampak Trauma Masa Kecil saat Dewasa
Dampak yang dirasakan dampak berlangsung lama, baik pada fisik maupun mental. Peristiwa yang menakutkan ini dapat memengaruhi cara otak anak berkembang. Akibatnya, konsekuensi yang muncul bisa bersifat jangka panjang, memengaruhi kesehatan, emosi, hingga kemampuan sosial di masa dewasa.
Jika seorang anak memiliki trauma yang cukup mendalam, maka dapat berpengaruh pada kesehatan. Semakin banyak pengalaman buruk yang dialami seorang anak, semakin tinggi pula risiko penyakit kronis saat dewasa, seperti diabetes, stroke, penyakit jantung, hingga asma.
Tidak hanya itu, trauma masa kecil dapat meningkatkan kemungkinan penyakit autoimun, kanker, hingga gangguan paru-paru. Hal ini menunjukkan bahwa luka batin di masa kecil ternyata bisa berdampak serius pada kesehatan tubuh di masa depan.
Secara mental, trauma masa kecil kerap menimbulkan berbagai masalah psikologis. Beberapa di antaranya adalah kesulitan mengendalikan emosi, depresi, tekanan emosional berkepanjangan, hingga gangguan stres pasca trauma.
Lebih jauh, trauma yang tidak terselesaikan juga memengaruhi cara seseorang menjalin hubungan. Anak yang tumbuh dengan pengalaman traumatis cenderung sulit mempercayai orang lain.