Parapuan.co - Buku Not Losing Myself In Motherhood atau Aku Tetap Diriku Walaupun Sudah Menjadi Orang Tua, karya Lee Sung Ah dan Kim Ah Yeon, terbitan Grasindo, adalah bacaan yang mampu menyentuh hati banyak ibu. Bukan hanya karena isinya relevan dengan kehidupan sehari-hari, tapi juga karena buku ini berbicara dengan bahasa yang hangat dan apa adanya.
Para penulis memotret perasaan seorang ibu yang sering tak terucap, terutama rasa insecure yang kerap hadir di perjalanan menjadi orang tua. Sejak halaman awal, buku ini mengajak kita, khususnya yang sudah menjadi ibu untuk duduk sejenak dan bernapas.
Buku ini tidak menawarkan rumus cepat menjadi ibu sempurna, melainkan mengundang pembaca untuk mendengar kisah dan pengalaman sesama ibu yang bergulat dengan keraguan. Dari situ, kita sadar bahwa kita tidak sendirian dalam rasa lelah, bingung, dan takut gagal mendidik anak.
Buku ini dibangun dengan format percakapan yang terasa intim. Saat membacanya, seolah kita tengah berbincang dengan teman dekat yang mengerti isi hati kita. Percakapan-percakapan itu memunculkan banyak refleksi—bukan hanya tentang anak, tapi juga tentang diri sendiri sebagai perempuan yang kini memikul peran baru.
Yang membuat buku ini istimewa adalah keberanian Kim Ah Yeon menegaskan bahwa menjadi orang tua tidak menghapus identitas pribadi. Justru, semakin kita mengenal dan merawat diri sendiri, semakin baik pula kita bisa hadir untuk anak. Pesan ini menjadi benang merah yang menuntun kita hingga akhir buku.
Tidak Ada Rumus Pasti Menjadi Orang Tua yang Baik
Meski dunia penuh dengan teori parenting, buku ini mengingatkan bahwa tak ada satu pun panduan yang berlaku universal. Setiap anak berbeda, dan setiap keluarga memiliki dinamika yang unik. Alih-alih terjebak mengejar standar ideal versi orang lain, kita diajak fokus pada kebutuhan anak kita sendiri.
Pesan ini membebaskan sekaligus menantang. Membebaskan karena kita tidak lagi merasa harus mengikuti semua saran yang beredar, tetapi menantang karena kita perlu benar-benar mengenal anak dan diri sendiri. Itulah inti dari menjadi orang tua yang dibutuhkan anak, bukan sekadar menyalin pola asuh dari luar.
Dalam percakapan di buku ini, ada momen ketika para ibu menyadari bahwa “teori” sering kali tak berjalan mulus di dunia nyata. Ada kalanya anak menangis tanpa sebab jelas, atau rencana pengasuhan berantakan karena situasi tak terduga. Menerima ketidaksempurnaan itu adalah bagian dari proses menjadi orang tua yang lebih bijak.
Baca Juga: Mental Load yang Dialami Perempuan Setelah Jadi Ibu dan Cara Menghadapinya
"Apakah Aku Sudah Jadi Ibu yang Baik?"
Pertanyaan tersebut, menurut buku Aku Tetap Diriku Walaupun Sudah Menjadi Orang Tua, adalah salah satu beban mental terbesar para ibu. Tidak peduli latar belakang atau pengalamannya, setiap ibu pernah mempertanyakan kualitas dirinya. Namun, penulis mengingatkan bahwa kata “baik” memiliki arti yang berbeda bagi setiap keluarga.
Seiring bertambahnya usia anak, cara kita memandang peran sebagai ibu pun ikut berubah. Apa yang dulu kita anggap penting, mungkin tak lagi relevan, dan sebaliknya. Proses bertumbuh ini tak hanya terjadi pada anak, tetapi juga pada kita sebagai orang tua.
Buku ini mengajak kita untuk menghargai perjalanan itu. Kita tak perlu menunggu menjadi “sempurna” untuk merasa cukup. Karena yang dibutuhkan anak bukanlah ibu yang tak pernah salah, melainkan ibu yang mau belajar dan berkembang bersamanya.
Mengenang Cara Orang Tua Kita Mengasuh
Salah satu bagian yang paling menyentuh dari buku ini adalah ketika pembaca diajak mengingat masa kecilnya sendiri. Kita kembali pada momen-momen bersama orang tua, entah itu penuh kehangatan atau justru meninggalkan luka.
Kenangan-kenangan ini membuka ruang untuk refleksi: apa yang ingin kita wariskan pada anak, dan apa yang ingin kita ubah.
Buku ini tidak menyalahkan generasi sebelumnya, melainkan mengajak kita memahami bahwa pola asuh selalu dipengaruhi oleh zaman, pengetahuan, dan kondisi hidup orang tua saat itu. Dengan pemahaman ini, kita bisa mengasuh anak dengan cara yang lebih sadar dan penuh empati.
Penulis menekankan bahwa kita memiliki kesempatan untuk memutus siklus pola asuh yang kurang sehat. Hal-hal yang dulu membuat kita sedih bisa diperbaiki dalam hubungan kita dengan anak. Di situlah letak kekuatan generasi baru orang tua.
Baca Juga: Bekerja Sambil Mengasuh Anak, Ini Seni Menjadi Ibu Menurut Dokter Yessica Tania
Relate dengan Perasaan Sebagian Besar Ibu
Rasanya, hampir semua ibu akan menemukan dirinya di dalam cerita-cerita di buku ini. Dari lelahnya begadang semalaman, repotnya mengurus rumah sambil mengasuh anak, hingga rasa bahagia yang sulit dijelaskan ketika melihat anak tumbuh sehat. Buku ini memotret suka duka itu dengan jujur.
Tidak ada penggambaran yang dibuat-buat demi terlihat sempurna. Justru, kejujuran itulah yang membuat pembaca merasa dekat. Kita jadi tahu bahwa di balik foto-foto indah di media sosial, setiap ibu punya cerita perjuangannya sendiri.
Pada akhirnya, semua ibu ingin dikenang oleh anaknya sebagai sosok yang baik. Bukan berarti tanpa kekurangan, tetapi ibu yang selalu berusaha hadir dan mencintai dengan tulus. Buku ini menguatkan keyakinan bahwa itulah yang paling penting.
Bagi para ibu yang sedang merasa kewalahan, bingung, atau terjebak dalam rasa bersalah, Not Losing Myself In Motherhood bisa menjadi teman perjalanan. Ia memberi perspektif baru, bahwa merawat diri sendiri bukan egois, melainkan bekal agar kita bisa lebih sabar dan hangat pada anak.
Membaca buku ini seperti mendapatkan pelukan yang menenangkan. Kita diingatkan bahwa kita tidak sendirian, dan bahwa perjalanan menjadi ibu memang penuh tantangan, tapi juga kaya makna.
Jangan lewatkan buku ini! Dapatkan dan baca Not Losing Myself In Motherhood (Aku Tetap Diriku Walaupun Sudah Menjadi Orang Tua) karena setiap ibu berhak merasa cukup, dicintai, dan tetap menjadi dirinya sendiri.
Kawan Puan bisa menemukan buku ini di e-commerce maupun datang langsung ke toko-toko Gramedia terdekat di kotamu. Kamu juga bisa membeli buku ini di Gramedia.com dengan harga Rp123.000.
Baca Juga: Meski Mengasuh Anak Sulit, Survei Sebut Menjadi Ibu Berikan Kebahagiaan
(*)