Ini Faktor yang Jadi Pertimbangan Perempuan Menunda Pernikahan

Saras Bening Sumunar - Selasa, 29 Juli 2025
Faktor ekonimi dan kestabilan mental jadi pertimbangan perempuan tunda pernikahan.
Faktor ekonimi dan kestabilan mental jadi pertimbangan perempuan tunda pernikahan. jaboo2foto

Parapuan.co - Di tengah arus modernisasi dan perubahan pola pikir masyarakat, banyak perempuan kini mengambil keputusan penting dalam hidup mereka dengan lebih sadar, rasional, dan berdasarkan pertimbangan yang mendalam. Salah satu keputusan besar yang sering menjadi sorotan adalah pilihan untuk menunda pernikahan

Keputusan ini bukan sekadar bentuk perlawanan terhadap norma sosial tradisional atau pengaruh gaya hidup modern semata, tetapi lebih sering berakar pada alasan yang jauh lebih fundamental dan kompleks.

Dalam realitas hidup yang semakin menantang, dua faktor utama yang banyak memengaruhi perempuan untuk menunda pernikahan adalah kondisi ekonomi yang belum stabil dan kesehatan mental yang belum sepenuhnya terjaga. Kalau kamu termasuk perempuan yang saat ini merasa belum siap melangkah ke jenjang pernikahan, bukan berarti kamu egois atau terlalu selektif.

Justru, bisa jadi kamu sedang berada pada titik kedewasaan emosional di mana kamu mulai menyadari bahwa pernikahan bukanlah tujuan akhir hidup, melainkan sebuah fase kehidupan yang menuntut kesiapan yang holistik. Bukan hanya dari segi cinta dan komitmen, tapi juga dari aspek finansial dan mental.

Lalu, apa sebenarnya yang membuat faktor ekonomi dan kestabilan mental menjadi pertimbangan krusial dalam keputusan untuk menunda pernikahan? Yuk, kita bahas secara lebih rinci dan mendalam.

1. Ketidakstabilan Ekonomi

Pernikahan, dalam konteks sosial dan budaya mana pun, hampir selalu membawa konsekuensi finansial. Mulai dari biaya pesta pernikahan, kebutuhan tempat tinggal, kebutuhan anak di masa depan, hingga biaya sehari-hari rumah tangga. Semuanya memerlukan kesiapan finansial yang tidak sedikit.

Di era sekarang, ketika biaya hidup terus meningkat dan kompetisi dalam dunia kerja semakin ketat, tidak sedikit perempuan yang memilih untuk terlebih dahulu memantapkan karier, membangun kemandirian ekonomi, serta menstabilkan keuangan pribadi sebelum akhirnya memutuskan untuk menikah.

Banyak perempuan yang tumbuh dengan pemahaman bahwa menjadi istri bukan berarti bergantung sepenuhnya pada pasangan. Justru, perempuan modern sering kali merasa perlu untuk menjadi individu yang mandiri secara ekonomi agar tidak merasa terjebak dalam ketergantungan yang membatasi ruang geraknya.

Baca Juga: Perempuan Milenial dan Gen Z Memilih untuk Menunda Pernikahan, Mengapa?

Kemandirian finansial memberikan rasa aman, kontrol atas hidup sendiri, serta kekuatan untuk membuat keputusan yang bebas dari tekanan ekonomi. Maka dari itu, ketika kondisi keuangan belum stabil, wajar jika kamu memilih untuk menunda pernikahan demi menghindari konflik dan tekanan yang bisa muncul dari masalah ekonomi dalam rumah tangga.

"Bertahun-tahun yang lalu, pasangan menikah untuk membangun kehidupan bersama. Sekarang, mereka membangun kehidupan mereka terlebih dahulu," ujar Dr. Delverlon Hall, psikoterapis klinis sebagaimana dikutip dari laman Brides.

2. Kesehatan Mental

Selain faktor ekonomi, alasan mendalam lainnya yang membuat banyak perempuan memilih untuk menunda pernikahan adalah kebutuhan untuk memastikan bahwa mereka berada dalam kondisi mental dan emosional yang sehat sebelum memasuki institusi yang kompleks seperti pernikahan.

Dalam masyarakat yang semakin sadar akan pentingnya kesehatan mental, perempuan masa kini tidak lagi memandang pernikahan sebagai satu-satunya jalan menuju kebahagiaan, melainkan sebagai pilihan yang harus diambil dengan penuh kesadaran, kesiapan, dan kematangan psikologis.

Banyak perempuan yang pernah mengalami trauma, tekanan sosial, atau beban mental dari lingkungan keluarga sebelumnya, merasa perlu memberi ruang bagi dirinya untuk pulih, berkembang, dan mengenali dirinya sendiri sebelum berbagi hidup dengan orang lain.

Mereka mulai menyadari bahwa kestabilan emosional bukan hanya penting untuk kebahagiaan pribadi, tetapi juga untuk menciptakan hubungan yang sehat dan suportif. Menikah dalam kondisi mental yang belum stabil bukan hanya berisiko merugikan diri sendiri, tetapi juga bisa berdampak negatif pada pasangan dan anak-anak yang kelak mungkin menjadi bagian dari keluarga itu.

Menurut Dr. Deverlon Hall, kini ada pergeseran paradigma dalam kehidupan keluarga. Jika sebelumnya pernikahan hanya dipandang sebagai komitmen, kini pernikahan adalah ruang untuk tumbuh bersama, saling mendukung, dan menghargai satu sama lain.

Kamu tentu bisa memahami bahwa dalam dunia yang penuh tekanan seperti sekarang mulai dari ekspektasi sosial yang tinggi, budaya kerja yang kompetitif, hingga dampak media sosial memberikan tantangan besar dalam upaya menjaga kesehatan mental.

Oleh karena itu, perempuan masa kini lebih berhati-hati dalam menentukan waktu yang tepat untuk menikah, karena mereka tahu bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada status, tetapi pada keseimbangan hidup yang dicapai dengan kesadaran penuh.

Keputusan perempuan untuk menunda pernikahan bukanlah bentuk penolakan terhadap nilai-nilai keluarga atau komitmen, melainkan bentuk otonomi dan keberanian untuk menata hidup sesuai dengan prioritas yang dirasa paling bermakna.

Dalam dunia yang terus berubah, di mana tantangan ekonomi semakin kompleks dan tekanan mental semakin tinggi, penting bagi kita semua untuk memahami bahwa perempuan berhak menentukan waktunya sendiri untuk menikah tanpa paksaan, tanpa stigma.

Baca Juga: Tantangan Tahun Pertama Pernikahan yang Rentan Dihadapi Pasangan

(*)

Sumber: Brides
Penulis:
Editor: Citra Narada Putri