Parapuan.co - Dalam membesarkan anak, satu hal yang sering kali menjadi tantangan terbesar bagi banyak pasangan adalah menjaga kekompakan dalam pola asuh.
Ketika kamu dan pasangan memiliki perbedaan pandangan dalam mendidik anak, seperti aturan jam tidur hingga nilai-nilai kehidupan, hal itu bisa saja memicu konflik yang berujung pada kebingungan di pihak anak.
Anak yang tumbuh dalam lingkungan dengan pola asuh tidak konsisten, sering kali merasa bingung terhadap batasan, cenderung mengalami tekanan emosional, bahkan bisa tumbuh dengan sikap manipulatif karena tahu bahwa orang tuanya tidak sepakat dalam memberi aturan.
Sebaliknya, ketika kamu dan pasangan mampu bekerja sama dan menyatukan visi dalam hal pengasuhan, suasana rumah akan terasa lebih tenang. Anak-anak pun akan merasa lebih aman, nyaman, dan mudah diarahkan.
Harmoni dalam rumah tangga bukan hanya tercipta dari cinta antara pasangan, tetapi juga dari kerja sama yang solid dalam menjalani tanggung jawab sebagai orang tua.
Untuk mencapai kekompakan dalam pola asuh bukanlah hal instan, diperlukan komunikasi terbuka, saling pengertian, dan kesediaan untuk belajar bersama antara kamu juga pasangan.
Lantas, bagaimana kalau kamu dan pasangan punya pendekatan yang berbeda dalam mengasuh anak? Pritta Tyas, M.Psi, psikolog anak dan Co-founder BN Montessori menyampaikan bahwa perbedaan tersebut memang wajar terjadi.
Terpenting, orang tua bisa mencari titik temu demi kebaikan anak. Sementara itu, menurut Pritta, komunikasi adalah kunci utama. Bicarakan secara terbuka menganai latar belakang masing-masing, bagaimana orang tua dulu mendidik kamu, apa perasaanmu sebagai anak, dan apa yang ingin diubah atau diterapkan saat ini.
"Misalnya, ibu lebih tegas karena dulu dibesarkan dengan banyak aturan. Sementara ayah cenderung membebaskan karena dulunya diasuh dengan pendekatan yang lebih longgar. Ini perlu dibicarakan agar bisa saling memahami," kata Pritta dikutip dari laman Kompas.
Baca Juga: Wamendukbangga Ungkap Pola Asuh Anak yang Terbaik Antara Gaya VOC Vs Gentle Parenting
Setelah melakukan diskusi, tentukan aturan-aturan pokok yang harus disepakati bersama. Konsisten sangat penting, terutama saat anak mencoba menguji dengan bertanya hal serupa pada ayah dan ibu.
"Misalnya, makan harus di meja makan, tidak boleh screen time satu jam sebelum tidur, dan selalu berdoa sebelum tidur. Apa pun kondisi anak, sedang rewel atau membujuk, ayah dan ibu harus kompak," imbuh Pritta.
Kesepakatan ini penting agar anak tidak mendapatkan sinyal yang mebingungkan, seperti boleh dari ibu, tetapi tidak boleh dari ayah, atau sebaliknya. Adapun tips lain agar pola asuh orang tua kompak ialah:
1. Hindari Perdebatan di Depan Anak
Salah satu kesalahan umum yang sering terjadi adalah memperdebatkan keputusan pengasuhan di hadapan anak. Hal ini bisa membuat anak bingung, bahkan menggunakannya sebagai celah untuk memanipulasi situasi.
Bila kamu tidak sepakat dengan tindakan pasangan dalam mendidik anak, bicarakan hal tersebut secara pribadi ketika anak tidak ada di sekitar, dan cari titik temu tanpa saling menyalahkan.
2. Bersedia Belajar dan Beradaptasi
Tidak ada orang tua yang sempurna. Kamu dan pasangan pasti akan menghadapi fase-fase sulit dalam proses pengasuhan. Di sinilah pentingnya bersikap terbuka terhadap pengetahuan baru, baik melalui buku parenting, seminar, hingga saran dari psikolog anak.
Baca Juga: Pola Asuh Orang Tua untuk Mendidik Anak sebagai Perempuan Mandiri dan Cerdas
Saat kamu dan pasangan bersedia belajar bersama, kalian akan merasa berada dalam satu tim yang solid, saling menopang satu sama lain.
3. Luangkan Waktu untuk Refleksi Bersama
Sesekali, ambil waktu khusus untuk mengevaluasi perjalanan kamu dan pasangan dalam mendidik anak. Apakah strategi yang kamu terapkan efektif atau perlu diperbaiki.
Saat melakukan refleksi bersama, kamu bisa terus memperbaiki pola asuh, menghindari kesalahan yang sama, serta memperkuat kekompakan sebagai tim pengasuhan.
Pola asuh anak bukan hanya soal bagaimana kamu mendidik, tetapi juga bagaimana kamu dan pasangan menyatukan dua sudut pandang menjadi satu visi yang harmonis.
Anak yang tumbuh dalam keluarga dengan pola asuh kompak akan belajar tentang ketegasan, cinta, konsistensi, dan rasa aman. Semua itu menjadi fondasi kuat bagi kesehatan mental dan keberhasilan masa depannya.
Mulai sekarang, bangun komunikasi yang lebih terbuka, ciptakan kerja sama lebih kuat, dan jadikan momen pengasuhan ini sebagai perjalanan penuh makna bersama pasangan.
Baca Juga: Belajar dari Gajah, Apa Itu Elephant Parenting yang Dianggap Pola Asuh Paling Sehat?
(*)