Mengapa Seseorang Bisa Mengalami Cinta Lokasi dengan Rekan Kerja?

Saras Bening Sumunar - Rabu, 16 Juli 2025
Cinlok dengan rekan kerja.
Cinlok dengan rekan kerja. Freepik

Parapuan.co - Dalam keseharian yang penuh aktivitas, kamu pasti pernah mendengar, bahkan mengalami sendiri kisah cinta yang bersemi di tempat kerja, lokasi syuting, lingkungan kampus, atau proyek komunitas.

Fenomena ini dikenal dengan istilah cinta lokasi atau cinlok. Istilah ini sudah sangat familiar di telinga masyarakat, bahkan kerap menjadi bahan candaan ringan di antara teman-teman yang melihat dua orang tampak semakin dekat ketika sering berada di tempat serupa.

Namun, tahukah kamu bahwa di balik candaan tersebut, sebenarnya terdapat penjelasan psikologis dan emosional yang cukup kompleks tentang mengapa seseorang bisa terjebak dalam dinamika cinta karena kedekatan fisik dan rutinitas bersama?

Cinta lokasi bukanlah sekadar urusan "karena sering ketemu jadi suka", tetapi lebih dari itu. Cinta lokasi melibatkan interaksi antara faktor psikologis, biologis, hingga sosial yang bekerja secara simultan tanpa disadari.

Menurut David Brudo, seorang ahli bidang kesehetan mental menyebutkan cinta lokasi sangat umum terjadi, bahkan, 53 persen dari 2.000 pekerja pernah berkencan dengan rekan kerjanya.

"Kebanyakan orang dewasa menghabiskan minimal 1.680 jam per tahun di kantor, jadi kemungkinan besar akan menghabiskan lebih banyak waktu dengan rekan kerja," ujar David dikutip dari Business Insider.

Sementara menurut pakar hubungan asmara, Gabriel Brenner, cinta lokasi bisa terjadi karena seringnya interaksi seperti komunikasi dan kerja sama. Dari situ, ketertarikan dan persaaan cinta mulai muncul.

"Karena kamu berkomunikasi, bekerja sama, dan berbagi beban kerja bersama. Dalam artian, waktu yang dihabiskan bersama seakan seperti waktu kencan informal" ujar Gabriel Brenner. Lebih lanjut, berikut penjelasan terkait mengapa seseorang bisa mengalami cinta lokasi dengan rekannya.

Koneksi Emosional Lewat Situasi yang Sama

Baca Juga: Tantangan Tahun Pertama Pernikahan yang Rentan Dihadapi Pasangan

Cinta lokasi juga sering terjadi karena adanya pengalaman bersama dalam situasi tertentu yang membangun koneksi emosional lebih dalam. Misalnya, kamu dan rekan kerja mengalami tekanan proyek yang sama, melewati malam lembur bersama, menghadapi tantangan berdua hingga saling mendukung satu sama lain.

Situasi semacam ini menciptakan rasa kebersamaan yang kuat dan membuat seseorang merasa lebih dipahami oleh orang di lokasi sama.

Ketika kamu merasakan bahwa seseorang benar-benar bisa memahami perasaan dan perjuanganmu, otak secara alami menanggapi hal itu dengan rasa keterikatan emosional. Lama-kelamaan, ini bisa berkembang menjadi rasa suka atau cinta.

Ini bukan semata karena orang itu menarik secara fisik, tetapi karena kamu merasa memiliki ikatan batin yang tumbuh dari pengalaman bersama. Hal tersebut tidak bisa dimengerti orang lain di luar lingkungan itu.

Persepsi Ideal yang Terbentuk Lewat Rutinitas

Saat kamu terus-menerus melihat seseorang dalam lingkungan yang sama, tanpa sadar kamu mulai membangun citra ideal terhadap orang tersebut. Rutinitas menciptakan kesan stabilitas, kedekatan, dan keakraban yang kemudian menciptakan persepsi bahwa orang itu adalah pasangan sempurna.

Kamu jadi melihat sisi baiknya lebih sering daripada keburukannya, apalagi kalau selama waktu bersama itu, orang tersebut menunjukkan empati, perhatian, atau kerja sama yang baik.

Ini berbeda dengan hubungan yang terbentuk di luar lokasi, karena cinta lokasi cenderung terbentuk dalam setting yang sudah nyaman dan tidak menantang ekspektasi awal. 

Kamu bisa merasa bahwa hubungan ini lebih mudah karena berada dalam konteks yang serupa dan tidak menimbulkan konflik perbedaan nilai atau gaya hidup.

Cinta lokasi bukanlah fenomena aneh atau kebetulan semata. Ia adalah hasil dari perpaduan antara psikologi, dinamika sosial, dan kondisi emosional yang terbangun secara konsisten dalam ruang dan waktu sama.

Bukan tidak mungkin, cinta lokasi bisa berkembang menjadi hubungan yang langgeng, asalkan kamu dan pasanganmu mampu membangun fondasi komunikasi, kepercayaan, dan kejujuran kuat setelah keluar dari konteks lokasi itu sendiri.

Baca Juga: Kenapa Perempuan Mau Menikah dengan Laki-Laki Kelas Menengah ke Bawah?

(*)