Parapuan.co - Metode anggaran cash-stuffing atau sistem amplop uang tunai banyak digunakan sebagai cara sederhana mengelola keuangan pribadi secara lebih disiplin. Konsepnya sederhana, yaitu mengalokasikan uang tunai ke dalam amplop-amplop berdasarkan kategori pengeluaran seperti sewa, belanja bulanan, hiburan, dan lain-lain. Saat uang di dalam amplop habis, pengeluaran pun otomatis berhenti.
Namun, meski terlihat efektif dan membumi, metode ini ternyata menyimpan sejumlah jebakan yang bisa membuatmu justru kehilangan uang, bukannya menghemat. Menurut Fred Harrington, seorang pakar keuangan dari platform investasi Vetted Prop Firms, banyak pengguna sistem amplop yang tidak menyadari kesalahan-kesalahan mereka.
Memangnya apa saja kesalahan tersebut? Simak informasi yang merangkum Your Tango di bawah ini agar kamu bisa menghindarinya jika menggunakan metode penganggaran serupa!
1. Nilai Uang Menurun Saat Hanya Disimpan di Amplop
Menyimpan uang tunai terlalu lama di rumah tanpa digunakan atau diinvestasikan membuat nilainya tergerus inflasi. Apalagi jika uang tersebut sebenarnya bisa ditempatkan di rekening tabungan berbunga tinggi. Misalnya, menyimpan Rp30 juta dalam amplop selama setahun bisa membuatmu kehilangan potensi bunga ratusan ribu rupiah. Ini adalah "uang yang hilang diam-diam", menurut Fred Harrington.
2. Risiko Keamanan yang Besar
Uang tunai tidak memiliki perlindungan seperti dana yang disimpan di bank. Jika terjadi pencurian, kebakaran, atau kehilangan, tidak ada cara untuk mendapatkannya kembali. Salah satu klien Fred Harrington bahkan kehilangan dana belanja sebesar Rp6 juta karena dompetnya dicuri. Bandingkan dengan dana di rekening yang bisa diblokir atau diklaim jika terjadi penipuan.
3. Potensi Denda Keterlambatan dan Biaya Tambahan
Banyak tagihan bulanan seperti listrik, air, internet, atau asuransi tidak bisa dibayar dengan uang tunai. Jika kamu telat menyetor uang ke bank untuk pembayaran otomatis, bisa terkena biaya keterlambatan atau overdraft. Biaya-biaya kecil ini jika dikumpulkan bisa menghapus semua manfaat penghematan dari metode cash-stuffing.
Baca Juga: Bukan Sekadar Teori, Ini Pentingnya Atur Keuangan dengan Metode 50-30-20
4. Godaan Emosional Memicu Pengeluaran Tak Terkontrol
Saat amplop untuk kebutuhan tertentu—misalnya makan di luar—sudah kosong, sangat mudah tergoda untuk “meminjam” dari amplop lain. Ini bisa membuat sistem anggaranmu berantakan dan menimbulkan rasa bersalah. Jika kamu sudah punya kecenderungan emotional spending, hal ini justru bisa memperparah kondisi keuanganmu.
5. Tidak Siap Menghadapi Keadaan Darurat
Banyak orang yang menggunakan cash-stuffing lupa mengalokasikan dana darurat. Ketika mobil rusak, sakit mendadak, atau perlu membeli hadiah lebaran, tak ada dana khusus yang bisa dipakai. Akhirnya, kamu akan mengambil dari amplop lain dan kembali membuat sistem keuangan tidak stabil.
Solusi: Gunakan Sistem Hybrid
Fred Harrington menyarankan, solusi terbaik adalah tidak sepenuhnya mengandalkan metode amplop. Gunakan cash-stuffing hanya untuk pengeluaran harian atau mingguan yang bisa dibayar tunai, dan alokasikan maksimal 30–50% dari penghasilan untuk sistem ini.
Sementara itu, simpan dana darurat dan tabungan jangka panjang di rekening yang aman dan berbunga. Ia juga menyarankan untuk melakukan evaluasi bulanan.
"Kesalahan terbesar yang saya lihat adalah orang membuat sistem amplop satu kali lalu tidak pernah menyesuaikannya," kata Fred Harrington. "Padahal kebutuhan dan situasi hidup kita selalu berubah."
Apakah Kawan Puan menganggarkan keuangan dengan sistem amplop? Coba kamu cek kembali metodemu dan perhatikan saran ahli di atas. Semoga bermanfaat!
Baca Juga: Metode Anggaran 50-20-20-10, Cara Cerdas Meraih Masa Depan Finansial yang Cerah
(*)