Baca Juga: 5 Cara Membaca Emosi Seseorang yang Sebenarnya, Perhatikan Ekspresi Mikro
EQ bukan soal memendam emosi, melainkan soal bagaimana dan kapan mengungkapkannya. Misalnya, setelah hari kerja yang melelahkan, alih-alih melampiaskan ke pasangan, mereka memilih bicara terbuka atau menyalurkan energi lewat aktivitas yang sehat seperti berolahraga.
7. Kepekaan terhadap Akar Masalah
Seseorang yang cerdas secara emosional mampu menelusuri akar emosinya. Saat marah pada rekan kerja, mereka tidak langsung menyalahkan, tapi menganalisis apakah amarah itu sebenarnya berasal dari tekanan lain, seperti beban kerja yang berlebihan.
Bisakah EQ Dilatih dan Ditingkatkan?
Berbeda dengan IQ yang relatif stabil, EQ bisa dilatih. Bahkan, kini banyak sekolah dan perusahaan mulai mengajarkan keterampilan sosial dan emosional secara sistematis. Berikut beberapa cara meningkatkan EQ:
- Refleksi Diri: Sediakan waktu untuk merenung. Tanyakan pada diri sendiri: “Apa yang sedang aku rasakan?”, “Apa pemicu emosiku hari ini?”
- Mindfulness: Latihan kesadaran seperti meditasi atau teknik pernapasan bisa membantu menghadapi emosi dengan tenang.
- Terapi Kognitif-Perilaku (CBT): Terapi ini membantu individu belajar mengatur respons emosional dan merespon konflik dengan cara yang lebih sehat.
- Mengikuti Program SEL (Social and Emotional Learning): Program ini banyak diajarkan di sekolah atau komunitas untuk meningkatkan kemampuan emosional dan sosial.
Baca Juga: Cara Perempuan Mandiri Bangun Kembali Kesehatan Mental dan Emosional Setelah Perceraian
- Uji EQ Online: Meski tidak selalu akurat, tes EQ bisa menjadi awal untuk mengenali kekuatan dan area yang perlu ditingkatkan.
Mengapa EQ Penting dalam Kehidupan?
Dalam kehidupan pribadi, EQ yang tinggi membantu menjaga keharmonisan rumah tangga dan pertemanan. Di tempat kerja, orang ber-EQ tinggi mampu menjadi pemimpin yang bijak, rekan kerja yang suportif, dan pribadi yang tangguh menghadapi tekanan.
EQ juga membantu seseorang mengambil keputusan yang lebih baik, karena mereka mampu menyeimbangkan logika dan emosi. Dengan kata lain, kecerdasan emosional bukan hanya membuat hidup lebih damai, tapi juga lebih produktif.
Sudahkah Kawan Puan menjadi bagian dari orang-orang yang emotionally intelligence?
(*)