Faktor-faktor tersebutlah yang diduga kuat memengaruhi perbedaan hasil kesehatan antara pria dan perempuan dalam kehidupan nyata.
"Temuan kami menyoroti kebutuhan untuk memahami lebih baik faktor-faktor yang berdampak pada perbedaan kesehatan, baik di tingkat genetik maupun di luar itu, agar kita bisa menciptakan layanan kesehatan yang lebih personal dan adil untuk semua," tambah Koprulu.
Hal ini juga relevan bagi pengembangan obat yang kini banyak didasarkan pada data genetik dan level protein dalam darah. Menurut Prof. Langenberg, memahami perbedaan populasi, termasuk antara pria dan perempuan, sangat penting untuk mengarahkan praktik pengobatan presisi.
"Dari perspektif ini, memahami perbedaan populasi dalam regulasi protein sangat penting untuk membimbing pendekatan pengobatan presisi dan menentukan kapan satu pendekatan tidak cocok untuk semua," katanya.
Pada akhirnya, genetik memang berperan, tapi kita tidak bisa mengubah gen kita. Sebaliknya, kita bisa mengelola hal-hal yang bisa dikendalikan—mulai dari gaya hidup sehat hingga menciptakan lingkungan sosial yang mendukung.
Perbedaan dampak penyakit antara pria dan perempuan tak hanya ditentukan oleh gen.
Kita juga harus melihat faktor sosial, lingkungan, dan gaya hidup sebagai bagian dari solusi untuk membangun sistem kesehatan yang inklusif dan berbasis bukti.
Melihat fakta di atas, artinya dalam hal penanganan dan pengobatan pun bisa jadi mesti dilakukan dengan berbeda antara perempuan dan laki-laki.
Baca Juga: Pakar Jelaskan Mengapa Investasi pada Kesehatan Perempuan Sangat Penting
(*)