2. Jerawat Mendadak Muncul Meski Sudah Rajin Merawat Kulit
Jerawat sering kali disebabkan oleh fluktuasi hormon, terutama selama masa pubertas dan menjelang menstruasi. Hormon membuat kelenjar minyak membesar dan menghasilkan lebih banyak minyak, yang kemudian menyumbat pori-pori dan menjadi tempat berkembangnya bakteri penyebab jerawat.
"Umumnya, hormon estrogen membantu mengurangi jerawat, sedangkan progesteron justru memicunya," ungkap dr. David E. Bank, dermatologis dan pendiri The Center for Dermatology, Cosmetic & Laser Surgery di New York.
Hal ini diperkuat oleh dr. Joshua Zeichner, dosen dermatologi di Icahn School of Medicine at Mount Sinai. "Saat hormon melonjak, misalnya di tengah siklus menstruasi, kelenjar minyak menjadi hiperaktif. Ini menghasilkan lebih banyak makanan bagi bakteri penyebab jerawat dan bisa menyumbat pori-pori," katanya.
Solusinya? Terapi hormonal seperti pil KB dan spironolakton sering digunakan untuk menstabilkan hormon dan mengurangi jerawat.
3. Berat Badan Naik, Padahal Pola Makan Tidak Berubah
Kenaikan berat badan sering kali bukan hanya soal asupan makanan atau kurang olahraga. Banyak hormon yang ikut berperan dalam hal ini, seperti hormon tiroid, kortisol, leptin, dan ghrelin.
Menurut dr. Jessica J. Krant, pendiri Art of Dermatology LLC di New York, "Fungsi tiroid yang rendah, atau hipotiroidisme, bisa membuat berat badan naik karena kelenjar tiroid mengatur metabolisme dasar tubuh. Jika melambat, maka tubuh jadi kurang efisien membakar energi dan lebih banyak menyimpan lemak."
Selain itu, kortisol, hormon stres, memberi sinyal pada tubuh bahwa ada ancaman, sehingga tubuh secara otomatis menyimpan cadangan energi. Sementara itu, leptin dan ghrelin bekerja berlawanan. Leptin memberi tahu tubuh bahwa kita sudah kenyang, sedangkan ghrelin memberi tahu bahwa kita lapar.