5 Perubahan pada Penampilan yang Diakibatkan Oleh Hormon, Apa Saja?

Arintha Widya - Rabu, 4 Juni 2025
Perubahan penampilan yang disebabkan oleh hormon.
Perubahan penampilan yang disebabkan oleh hormon. bymuratdeniz

Parapuan.co - Kawan Puan, hormon adalah zat kimia alami yang sangat penting bagi tubuh. Mereka bekerja tanpa henti untuk mengatur hampir seluruh fungsi tubuh, dari metabolisme hingga siklus tidur. Namun, di balik perannya yang krusial, hormon juga bisa membuat tubuh kita mengalami berbagai gejolak, mulai dari pubertas, kehamilan, hingga menopause.

Tak hanya mengatur fungsi tubuh, hormon juga berpengaruh besar terhadap penampilan kita. Hal ini dipaparkan oleh dr. Suzanne Gilberg-Lenz, dokter spesialis obstetri dan ginekologi sekaligus pakar pengobatan holistik, sebagaimana dikutip dari Your Tango.

"Sebagian besar dari kita tahu bahwa hormon memengaruhi suasana hati, pencernaan, nafsu makan, tidur, dan gairah. Tapi sebenarnya, tarian kompleks antara molekul sinyal di otak seperti FSH dan LH, ovarium, serta kelenjar adrenal bisa memengaruhi setiap sel di tubuh kita," jelas dr. Suzanne Gilberg-Lenz.

Lantas, apa saja perubahan pada penampilan yang ternyata bisa dipicu oleh hormon, menurut penelitian dan para ahli medis. Simak uraiannya di bawah ini!

1. Kulit Tiba-Tiba Tampak Bercahaya atau Justru Kusam

Pernah merasa kulit wajah tiba-tiba tampak lebih cerah dan glowing tanpa skincare khusus? Atau sebaliknya, terlihat kusam tanpa sebab yang jelas? Bisa jadi hormon adalah penyebabnya.

Menurut dr. Suzanne Gilberg-Lenz, fluktuasi estrogen bisa membuat kita tampak lebih ekspresif secara verbal sekaligus memengaruhi penampilan secara keseluruhan. "Kita lebih ekspresif secara verbal di paruh pertama siklus menstruasi karena meningkatnya kadar estrogen, dan itu juga berdampak pada penampilan," ujarnya.

Salah satu contohnya adalah cahaya sehat saat hamil yang kerap terlihat pada perempuan. Itu terjadi karena progesteron meningkat untuk mempertahankan kehamilan. "Progesteron juga menjadi hormon dominan pada paruh kedua siklus menstruasi, yang disebut fase luteal," tambahnya.

Selain itu, saat masa subur di pertengahan siklus, kulit kita bisa terlihat lebih cerah dan tubuh terasa lebih nyaman. Perasaan ini menciptakan kebahagiaan alami. "Alam, seperti halnya ibu kita, ingin kita kawin dan punya anak!" canda Suzanne.

Baca Juga: Mengenal GDF 15, Hormon Penyebab Ibu Hamil Mual di Pagi Hari

2. Jerawat Mendadak Muncul Meski Sudah Rajin Merawat Kulit

Jerawat sering kali disebabkan oleh fluktuasi hormon, terutama selama masa pubertas dan menjelang menstruasi. Hormon membuat kelenjar minyak membesar dan menghasilkan lebih banyak minyak, yang kemudian menyumbat pori-pori dan menjadi tempat berkembangnya bakteri penyebab jerawat.

"Umumnya, hormon estrogen membantu mengurangi jerawat, sedangkan progesteron justru memicunya," ungkap dr. David E. Bank, dermatologis dan pendiri The Center for Dermatology, Cosmetic & Laser Surgery di New York.

Hal ini diperkuat oleh dr. Joshua Zeichner, dosen dermatologi di Icahn School of Medicine at Mount Sinai. "Saat hormon melonjak, misalnya di tengah siklus menstruasi, kelenjar minyak menjadi hiperaktif. Ini menghasilkan lebih banyak makanan bagi bakteri penyebab jerawat dan bisa menyumbat pori-pori," katanya.

Solusinya? Terapi hormonal seperti pil KB dan spironolakton sering digunakan untuk menstabilkan hormon dan mengurangi jerawat.

3. Berat Badan Naik, Padahal Pola Makan Tidak Berubah

Kenaikan berat badan sering kali bukan hanya soal asupan makanan atau kurang olahraga. Banyak hormon yang ikut berperan dalam hal ini, seperti hormon tiroid, kortisol, leptin, dan ghrelin.

Menurut dr. Jessica J. Krant, pendiri Art of Dermatology LLC di New York, "Fungsi tiroid yang rendah, atau hipotiroidisme, bisa membuat berat badan naik karena kelenjar tiroid mengatur metabolisme dasar tubuh. Jika melambat, maka tubuh jadi kurang efisien membakar energi dan lebih banyak menyimpan lemak."

Selain itu, kortisol, hormon stres, memberi sinyal pada tubuh bahwa ada ancaman, sehingga tubuh secara otomatis menyimpan cadangan energi. Sementara itu, leptin dan ghrelin bekerja berlawanan. Leptin memberi tahu tubuh bahwa kita sudah kenyang, sedangkan ghrelin memberi tahu bahwa kita lapar.

Baca Juga: Sering Jadi Pilihan Perempuan, Ini Jenis Alat Kontrasepsi Non Hormonal

"Penelitian menunjukkan bahwa setelah tidur malam yang buruk, kadar ghrelin tetap tinggi selama 24 jam ke depan," papar Jessica Krant. Jadi, tidur yang cukup bukan hanya membuat segar, tapi juga menjaga berat badan.

4. Kulit Terasa Kering dan Gatal di Luar Kebiasaan

Kulit kering memang bisa disebabkan oleh faktor lingkungan atau usia. Tapi, hormon juga punya andil besar di sini. Hipotiroidisme yang tidak ditangani bisa membuat kulit menjadi sangat kering, bahkan di luar batas normal.

Menurut dr. Krant, rendahnya kadar hormon tiroid dapat menyebabkan metabolisme melambat, termasuk proses peremajaan kulit. Selain itu, penurunan estrogen saat menopause juga membuat kulit menjadi lebih tipis, rapuh, dan mudah kering.

Kulit kering yang parah bisa menyebabkan rasa gatal dan, jika digaruk terus-menerus, dapat memicu iritasi atau ruam.

5. Rambut Menipis dan Kehilangan Volume

Jika rambutmu tiba-tiba terlihat lebih tipis, lepek, atau kehilangan kilaunya, mungkin bukan hanya karena salah sampo. Gangguan tiroid, stres kronis, dan perubahan hormon seks seperti estrogen dan testosteron dapat memengaruhi kesehatan rambut.

"Kerontokan rambut atau berkurangnya kilau bisa terjadi karena hipotiroidisme," ungkap Krant lagi. Ia juga menyebut bahwa stres berkepanjangan dapat menyebabkan rambut rontok karena kadar kortisol yang meningkat dan berkurangnya asupan nutrisi penting.

Selain itu, rambut rontok dengan pola tertentu seperti yang terjadi pada laki-laki atau perempuan (androgenetic alopecia) juga bisa dipengaruhi oleh keseimbangan antara estrogen dan testosteron.

Baca Juga: Mengapa KB Hormonal Bikin Perempuan Gemuk? Simak Penjelasannya!

Jangan Abaikan Sinyal Tubuh

Perubahan pada penampilan seperti jerawat, kenaikan berat badan, kulit kering, hingga rambut rontok bisa menjadi sinyal bahwa hormon Anda sedang tidak seimbang. Mengenali gejalanya lebih awal dan memahami penyebabnya akan membantumu mengambil langkah tepat—baik dengan gaya hidup sehat, manajemen stres, hingga konsultasi ke dokter.

Dan seperti kata dr. Gilberg-Lenz, "Tarian hormon yang rumit dalam tubuh kita bukan cuma tentang suasana hati, mereka berdampak sampai ke setiap sel tubuh. Maka penting untuk mendengarkan tubuhmu dan memberi perhatian pada apa yang ingin disampaikan."

(*)

Sumber: Your Tango
Penulis:
Editor: Arintha Widya