Bagaimana Cara agar Anak Tetap Aman saat Menggunakan Media Sosial? Ini Tipsnya

Saras Bening Sumunar - Sabtu, 21 Juni 2025
Menciptakan kebiasaan bermedia sosial yang aman untik Genarasi Alpha dan Beta.
Menciptakan kebiasaan bermedia sosial yang aman untik Genarasi Alpha dan Beta. Freepik

Parapuan.co - Perkembangan digital berlangsung begitu pesat dan membawa perubahan yang signifikan. Tak dapat dimungkiri, teknologi saat ini seakan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, bukan hanya bagi orang dewasa, tetapi juga anak-anak dan remaja.

Anak-anak, terutama Alpha dan Beta bahkan dijuluki sebagai digital native, karena mereka tumbuh di tengah arus informasi juga teknologi yang mengalir tanpa henti. Kedua generasi ini tumbuh dalam lingkungan yang semakin terdigitalisasi, di mana interaksi sosial, hiburan, bahkan pendidikan, banyak berlangsung melalui perangkat digital maupun platform media sosial.

Namun, di balik kemudahan dan akses informasi media sosial, terdapat tantangan besar yang perlu diwaspadai oleh para orang tua juga pendidik. Penggunaan media sosial yang tidak terarah dan tidak diawasi sejak dini dapat membawa dampak negatif terhadap kesehatan mental, perkembangan emosional, dan kemampuan bersosialisasi anak-anak.

Oleh karena itu, penting bagi bagi orang tua, guru, atau pengasuh untuk menciptakan kebiasaan bermedia sosial yang baik dan sehat. Ini tidak hanya melindungi anak-anak dari bahaya digital, tetapi juga membentuk karakter dan etika digital yang kuat sejak usia dini.

Sementara merujuk dari laman Parentskebanyakan orang tua membiarkan anak mulai menggunakan media sosial di usia 13 tahun. Padahal, usia tersebut bukanlah usia ideal diizinkan untuk menggunakan media sosial seperti Instagram dan Facebook.

Usia 13 tahun dianggap masih terlalu muda bagi anak-anak untuk bermedia sosial. Pasalnya, anak-anak seusia ini masih mengembangkan identitas mereka, dan lingkungan di media sosial sering kali menciptakan pandangan yang menyimpan tentang harga diri dan hubungan.

Berkaca dari hal tersebut, American Psychological Association (APA) mengeluarkan pedoman bagi orang tua untuk menciptakan kebiasaan bermedia sosial yang aman untuk anak, terutama Gen Alpha dan Beta.

"Media sosial pada dasarnya tidak berbahaya jika digunakan dengan benar dan bijak," ujar Thema Bryant, PhD, pimpinan APA. Ia menekankan bahwa anak-anak memerlukan instruksi tentang penggunaan media sosial yang sehat.

Lebih jauh lagi, APA mengatakan penggunaan media sosial harus disesuaikan dengan kemampuan perkembangan anak-anak. Untuk anak-anak lebih muda, orang dewasa harus memantau penggunaan mereka dengan saksama, termasuk diskusi seputar konten yang dilihat.

Baca Juga: Kekerasan Digital pada Anak Kian Merebak di Media Sosial, Waspada Hal Ini

Sementara anak-anak pra-remaja dan remaja juga harus dibatasi dalam cara mereka menggunakan media sosial untuk membandingkan kecantikan dan penampilan, serta dipantau untuk mengetahui tanda-tanda penggunaan media sosial yang bermasalah hingga mungkin dapat mengganggu rutinitas harian, tidur, atau aktivitas fisik mereka.

"Kami berharap rekomendasi ini akan bermanfaat karena kita semua berusaha mengikuti perkembangan ekosistem media sosial yang berubah dengan cepat," kata Arthur C. Evans Jr, Phd.

Langkah Menciptakan Kebiasaan Bermedia Sosial yang Aman untuk Anak

Sebisa mungkin, anak sudah memasuki usia ideal untuk bermain media sosial, yakni saat mereka mencapai 17 tahun. Orang tua juga tetap memiliki peran aktif untuk menciptakan kebiasaan bermedia sosial yang anak, misalnya:

1. Mengenalkan Dunia Digital dengan Pendekatan Positif dan Edukatif

Langkah pertama untuk membangun kebiasaan bermedia sosial yang baik adalah dengan mengenalkan dunia digital secara perlahan dan bertahap, dimulai dari pemahaman akan fungsi, manfaat, serta risikonya.

Kamu bisa memulainya dengan membimbing anak menggunakan platform yang memiliki konten edukatif, seperti video pembelajaran, game interaktif sesuai usia, atau komunitas online pendukumg perkembangan minat dan bakat.

Dalam proses ini, penting untuk menanamkan bahwa teknologi adalah alat bantu, bukan pengganti kehidupan nyata. Tekankan bahwa media sosial sebaiknya digunakan untuk berkomunikasi dengan cara yang sopan, berbagi informasi valid, dan membangun hubungan positif, bukan mencari validasi atau membandingkan diri dengan orang lain.

Baca Juga: Dampak Buruk Terlalu Banyak Terpapar Media Sosial dan Dunia Digital

2. Menetapkan Batasan yang Jelas

Anak-anak, terutama dari Generasi Alpha yang sangat cepat beradaptasi dengan teknologi, memerlukan batasan jelas dalam menggunakan media sosial. Batasan ini tidak hanya mencakup durasi waktu penggunaan, tetapi juga konten boleh dan tidak boleh diakses, serta platform mana saja yang diperbolehkan.

Kamu bisa menerapkan kebijakan seperti waktu layar maksimal dua jam per hari, jam bebas gadget sebelum tidur, dan hanya menggunakan platform yang telah disetujui.

Terpenting adalah konsistensi dalam menerapkan aturan tersebut. Libatkan anak dalam proses pembuatan aturan agar mereka merasa dihargai dan lebih mudah untuk patuh.

3. Memberi Contoh Melalui Perilaku Digital

Kebiasaan anak dalam bermedia sosial sangat dipengaruhi oleh perilaku orang dewasa di sekitarnya. Oleh karena itu, kamu perlu memberikan contoh yang baik dengan menggunakan media sosial secara bijak, seperti tidak menyebarkan berita palsu, tidak mengunggah konten berlebihan, serta menjaga etika dalam berkomunikasi.

Dengan melihat kamu bersikap bijak di dunia digital, anak akan belajar secara alami bahwa media sosial adalah ruang yang perlu dijaga dengan tanggung jawab, empati, dan kesadaran. Hal ini juga menjadi kesempatan untuk membangun komunikasi dua arah yang terbuka antara kamu dan anak mengenai pengalaman mereka di media sosial.

4. Menjaga Keseimbangan antara Kehidupan Online dan Offline

Meskipun media sosial menjadi bagian dari kehidupan modern, penting bagi anak-anak untuk tetap memiliki keseimbangan antara aktivitas online dan offline. Dorong mereka untuk tetap bermain di luar rumah, membaca buku, berkegiatan seni, atau mengembangkan hobi yang tidak melibatkan layar.

Keseimbangan ini akan membantu anak untuk tidak menggantungkan kebahagiaannya pada jumlah likes atau followers. Sebaliknya, mereka menemukan kebahagiaan sejati dalam interaksi langsung dan kegiatan nyata. Kamu juga bisa menjadwalkan hari tanpa gadget sebagai upaya membangun kedekatan emosional dalam keluarga.

5. Membangun Rasa Percaya Diri dan Identitas Positif di Dunia Digital

Generasi Alpha dan Beta tumbuh dalam budaya yang menekankan penampilan dan popularitas di media sosial. Oleh karena itu, penting bagi kamu untuk membantu anak membangun rasa percaya diri yang tidak bergantung pada validasi digital.

Bimbing anak untuk mengekspresikan dirinya secara otentik, tanpa harus mengikuti tren semata. Ajarkan bahwa tidak apa-apa untuk berbeda, bahwa nilai diri mereka tidak diukur dari unggahan atau komentar, tetapi dari kepribadian dan tindakan mereka di dunia nyata maupun digital.

Baca Juga: Fenomena Remaja Mudah Terpengaruh Konten Media Sosial, Kenapa?

(*)

Sumber: Parents
Penulis:
Editor: Kinanti Nuke Mahardini