Parapuan.co - Meskipun dunia telah mengalami banyak kemajuan dalam bidang kesehatan reproduksi dan kesetaraan gender, kenyataannya, fenomena penggunaan kontrasepsi laki-laki seperti vasektomi masih kerap diselimuti stigma yang kuat.
Bukan hanya dianggap tabu, penulis masih sering mendapati prosedur medis ini dipersepsikan sebagai simbol hilangnya maskulinitas seorang laki-laki. Anggapan yang keliru ini masih terus bertahan di tengah masyarakat.
Padahal dari sisi medis, vasektomi justru menawarkan solusi kontrasepsi jangka panjang yang aman, efektif, dan berkontribusi besar dalam tanggung jawab pengendalian kelahiran secara lebih adil antara laki-laki dan perempuan.
Banyak laki-laki menganggap bahwa melakukan vasektomi sama saja dengan 'dikebiri' atau kehilangan kejantanan. Padahal, prosedur ini hanya memutus saluran vas deferens agar sperma tidak keluar saat ejakulasi, tanpa memengaruhi produksi hormon testosteron, performa seksual, atau dorongan seksual.
Penulis menemukan salah seorang pengguna instragram Didi Santosa atau @didistuck membagikan pengalaman dirinya melakukan vasektomi. Unggahan video Didi ini viral di media sosial hingga diunggah ulang oleh akun @nowdots.
Unggahan tersebut ramai mendapatkan respons positif, sayangnya penulis juga mendapati adanya komentar-komentar yang malah menyudutkan perempuan contohnya:
"Banyak banget dukungan dari para cewek, pertanyaannya di balik. Apakah cewek bersedia proses pengangkatan rahim?" tulis komentar salah satu pengguna Instagram.
Bukan itu saja, penulis juga mendapati komentar bahwa vasektomi dipercaya membuat laki-laki tertindas. "Laki-laki akan tertindas yang perempuan menjadi ratu," tulis komentar lainnya.
Menurut penulis, komentar-komentar tersebut menunjukkan bahwa masih banyak orang belum mendapatkan edukasi yang benar tentang hal ini, sehingga vasektomi terus dianggap sebagai ancaman terhadap maskulinitas laki-laki.
Baca Juga: Minimnya Peran Laki-Laki dalam KB, Inilah Mitos tentang Vasektomi