5 Langkah Psikologis agar Korban Pelecehan Seksual Tak Merasa Rendah Diri

Saras Bening Sumunar - Selasa, 27 Mei 2025
Langkah agar korban pelecehan seksual tidak merasa rendah diri.
Langkah agar korban pelecehan seksual tidak merasa rendah diri. iStock/recep-bg

Parapuan.co - Mengalami pelecehan seksual merupakan pengalaman traumatis yang dapat meninggalkan luka mendalam, tidak hanya secara fisik tetapi juga pada emosional dan psikologis.

Banyak korban merasa kehilangan harga diri, terjebak dalam rasa malu, takut, bahkan menyalahkan diri sendiri atas peristiwa yang sebenarnya sama sekali bukan kesalahan mereka.

Penting untuk dipahami bahwa perasaan rendah diri ini bukanlah akhir dari segalanya. Kamu tetap memiliki hak atas masa depan yang sehat, bahagia, dan penuh percaya diri.

Menurut psikolog Meity Arianty, ada sejumlah langkah penting agar korban pelecehan seksual tidak merasa rendah diri dan bisa memulihkan kembali kepercayaan dirinya. Dirangkum dari laman Kompas.comberikut ulasan lengkapnya:

1. Cari Bantuan Profesional

Seperti yang sudah banyak dibahas, pelecehan seksual pada perempuan menimbulkan perasaan syok, takut, hingga trauma mendalam untuk korbannya. Sayangnya, masih banyak korban yang memilih bungkam.

Padahal menurut Meity, diam bukanlah jalan keluar, ini hanya akan membuat kondisi mentalmu menjadi lebih buruk. Oleh karenanya, cari bantuan pada profesional seperti konsultasi dengan psikolog atau konselor.

"Jangan menyimpan keresahan dan kesakitan kamu sendirian, cari bantuan ke profesional," ucap Meity. Melalui bantuan profesional, korban akan mendapatkan ruang aman untuk menceritakan pengalaman dan diarahkan untuk pulih secara emosional.

2. Ingatlah Bahwa Ini Bukan Salah Korban

Baca Juga: Patut Diapresiasi, KAI Pasang Himbauan tentang Bentuk Pelecehan Seksual di KRL

Pasca mengalami pelecehan seksual, perasaan bersalah kerap kali menghantui korban. Tak jarang, korban menyalahkan diri sendiri karena cara berpakaian, sikap, atau kondisi saat kejadian.

Perlu dipertegas bahwa kejadian pelecehan yang menimpa korban bukanlah kesalahan korban. Tanggung jawab sepenuhnya ada pada pelaku, bukan korban. 

"Bangun kembali kepercayaan diri dengan mengatakan pada diri sendiri bahwa ini bukan salahmu," ujarnya.

Mengafirmasi diri bahwa kamu tidak bersalah adalah langkah penting untuk membangun kembali harga diri yang mungkin runtuh akibat peristiwa tersebut.

3. Izinkan Diri Melewati Fase Emosional

Rasa marah, kecewa, takut, bahkan malu bisa terus menghantui korban setelah pelecehan. Meity mengingatkan bahwa semua emosi ini valid dan wajar.

"Pasti butuh waktu, tidak apa-apa, sebab selama kamu berproses kamu mungkin melewati fase kekesalan, kemarahan, atau kesedihan akibat pelecehan itu," jelas Meity.

Tidak perlu memaksa diri untuk cepat move on. Sebaliknya, beri waktu dan ruang untuk merasakan, memproses, dan perlahan-lahan menyembuhkan luka emosional tersebut. Setiap proses butuh waktu dan itu tidak apa-apa.

Baca Juga: Pelecehan Seksual pada Perempuan Tak Bisa Diselesaikan dengan Jalur Damai dan Kekeluargaan

4. Lawan Rasa Takut dan Tegakkan Keadilan

Banyak korban merasa takut untuk melaporkan kasus karena khawatir akan reaksi lingkungan, bahkan ancaman dari pelaku. Namun, keberanian untuk berbicara sangat penting, tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk mencegah kasus serupa terulang.

"Ingat bahwa kamu korban, sehingga yang kamu butuhkan adalah keberanian dan melakukan hal yang benar yaitu perjuangkan keadilan," tutur dia. 

Melapor, bersuara, atau mencari keadilan bisa menjadi cara untuk memulihkan rasa kontrol yang sempat hilang. Cara ini juga merupakan bentuk perlindungan terhadap diri sendiri dan orang lain.

5. Kamu Tidak Sendiri

Mengungkapkan kebenaran mungkin terasa berat, tetapi suara kamu bisa menjadi kekuatan bagi korban lainnya. Meity menekankan, perjuangan korban tak hanya berdampak pribadi, tapi juga bagi para korban lain dengan kejadian serupa.

"Kebenaran bukan hanya untuk diri kamu, namun kamu juga melakukan untuk orang lain di luar sana," ungkap Meity.

Apa yang kamu lakukan hari ini bisa jadi membuka jalan bagi perempuan lain untuk berani bersuara dan melindungi diri. Dukungan satu sama lain adalah kunci dalam melawan kekerasan seksual secara kolektif.

Baca Juga: Menyoroti Dampak Psikologis Pelecehan Seksual pada Anak Usia Dini

(*)