5 Tips Menghadapi Rasa Penasaran Anak yang Sering Bertanya 'Kenapa?'

Arintha Widya - Rabu, 21 Mei 2025
Menghadapi anak yang sering bertanya kenapa
Menghadapi anak yang sering bertanya kenapa Freepik

Parapuan.co - Bagi banyak orang tua, pertanyaan "Kenapa?" yang terus-menerus muncul dari mulut si kecil bisa jadi menggemaskan sekaligus melelahkan. Satu sisi, kita senang melihat anak penasaran dan ingin tahu banyak hal. Tapi di sisi lain, ada kalanya kita berharap mereka berhenti bertanya, setidaknya untuk beberapa menit saja.

Namun, penting untuk diingat bahwa fase ini adalah bagian alami dan krusial dalam tumbuh kembang anak. Rasa ingin tahu mereka merupakan tanda otak yang sedang berkembang, aktif menyusun makna dari segala hal yang mereka lihat, dengar, dan alami.

Maka, alih-alih merasa kewalahan, mari kita lihat bagaimana menghadapi pertanyaan "kenapa" dengan cara yang mendukung perkembangan anak dan tetap menjaga kewarasan kita sebagai orang tua. Simak uraian informasi yang dirangkum dari Nurtured First berikut ini!

Mengapa Anak Terus Bertanya 'Kenapa'?

Pertanyaan "kenapa" bukan sekadar kebiasaan iseng. Ini adalah ekspresi dari proses belajar yang terjadi dalam diri anak. Otak mereka sedang tumbuh pesat, dan mereka haus akan penjelasan. Setiap "kenapa lampu bisa nyala?", "kenapa burung bisa terbang?", atau "kenapa kita harus mandi?" adalah pintu menuju pemahaman yang lebih besar tentang dunia.

Psikolog perkembangan Alison Gopnik menyebut bahwa, "Bertanya adalah hal paling alami yang dilakukan otak anak, sama pentingnya dengan makan dan minum." Jadi, rasa penasaran ini bukan sesuatu yang harus dihilangkan, tapi diarahkan.

5 Cara Menghadapi Anak yang Sering Bertanya 'Kenapa'

1. Jawab dengan Penuh Kesabaran

Setiap pertanyaan sebenarnya adalah cara anak mengatakan, “Aku ingin tahu lebih banyak.” Jawaban yang kita berikan, meski sederhana, bisa membuka jalan bagi pemahaman yang lebih luas.

Baca Juga: 10 Aturan Interaksi Ayah dengan Anak Perempuan, Tetap Jaga Batasan

Misalnya:

  • Anak: "Kenapa langit biru?"
  • Orang tua: "Karena cahaya dari matahari dibiaskan oleh udara, dan warna biru paling mudah terlihat dari bumi."

Tak masalah jika tidak semua jawaban sempurna atau lengkap. Yang penting, anak tahu bahwa rasa ingin tahunya dihargai.

2. Tetapkan Batas dengan Penuh Empati

Kalau kita sedang lelah atau kewalahan, tak ada salahnya menetapkan jeda. Bukan untuk menghentikan rasa penasaran anak, tetapi untuk menjaga kualitas interaksi.

Contoh kalimat yang bisa digunakan: "Aku suka sekali kamu banyak bertanya, tandanya kamu pintar dan ingin tahu. Tapi sekarang kita istirahat dulu ya, nanti kita lanjut ngobrol lagi."

Pendekatan seperti ini menunjukkan bahwa batasan tetap bisa hadir tanpa mematikan semangat anak.

3. Balik Bertanya: Ajak Mereka Berpikir

Alih-alih langsung memberi jawaban, kita bisa membalik pertanyaan dan mengajak anak berpikir. Contoh:

  • Anak: "Kenapa burung punya sayap?"
  • Orang tua: "Menurutmu, kenapa mereka butuh sayap? Yuk, kita amati, mereka pakai sayapnya buat apa, ya?"

Dengan cara ini, anak belajar berpikir kritis, menyusun hipotesis, dan mencari sendiri makna dari hal yang ia lihat.

Baca Juga: Tips Tidur Sehat untuk Anak Berdasarkan Usianya, Ibu Perlu Tahu

4. Cari Makna di Balik Pertanyaan Mereka

Terkadang, anak bertanya bukan karena benar-benar ingin tahu jawabannya, tetapi karena ingin merasa aman atau dekat dengan orang tuanya.

Jika anak terus bertanya hal yang sama, cobalah tanyakan balik, "Kamu terus tanya tentang ke rumah kakek, ya. Kamu lagi khawatir sesuatu, atau ada hal yang bikin kamu nggak nyaman?"

Dengan begitu, kita tidak hanya menjawab pertanyaan, tetapi juga memahami perasaan yang tersembunyi di baliknya.

5. Dorong Anak Mencari Jawaban Sendiri

Di waktu-waktu tertentu, kita bisa mengarahkan anak untuk mencari sendiri jawabannya. Ini membangun kemandirian, rasa percaya diri, dan kecakapan menyelesaikan masalah.

Contoh:

  • Anak: "Kenapa balon bisa naik ke atas?"
  • Orang tua: "Wah, pertanyaan bagus. Yuk, coba kamu cari tahu, mungkin dari buku atau kamu amati balonnya. Kira-kira kenapa ya?"

Berikan mereka ruang untuk eksplorasi, dan rayakan proses pencariannya. Misalnya, "Keren banget kamu bisa mikirin sendiri! Ibu bangga kamu mau cari tahu jawabannya."

Demikian beberapa langkah menghadapi pertanyaan anak yang sering kali "ajaib". Selamat mencoba, dan semoga kamu bisa memberi jawaban yang memuaskan rasa penasaran anak sehingga mereka tidak kapok bertanya.

Baca Juga: 5 Trik Orang Tua Atasi Rengekan Anak Balita Tanpa Kehilangan Kesabaran

(*)

Penulis:
Editor: Arintha Widya