Mengenal 4 Tokoh Perempuan Inspiratif di Dunia Pendidikan Memperingati Hardiknas

Arintha Widya - Jumat, 2 Mei 2025
Tokoh perempuan pelopor di dunia pendidikan.
Tokoh perempuan pelopor di dunia pendidikan. Kolase

Parapuan.co - Kawan Puan, Selamat Hari Pendidikan Nasional yang selalu diperingati setiap tanggal 2 Mei. Tahun 2025 ini, PARAPUAN mengajakmu untuk mengenal para tokoh perempuan Indonesia yang memiliki jejak sejarah yang kuat dalam memperjuangkan akses pendidikan di Tanah Air.

Sejumlah tokoh perempuan tidak hanya berani bersuara, tetapi juga mengambil langkah nyata agar perempuan mendapat hak yang sama dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan berkontribusi dalam masyarakat. Siapa saja mereka, simak informasinya seperti melansir laman Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah berikut ini!

1. Raden Ajeng Kartini

Perjuangan Kartini dalam mewujudkan hak-hak perempuan.
Perjuangan Kartini dalam mewujudkan hak-hak perempuan. National Geographic

Pelopor emansipasi perempuan Indonesia, R.A Kartini dikenal sebagai sosok yang menggemakan pentingnya pendidikan bagi perempuan melalui pemikirannya yang progresif pada masanya. Lahir di Jepara, Kartini berasal dari keluarga bangsawan Jawa yang terikat pada tradisi feodalisme ketat, termasuk pingitan bagi perempuan muda.

Melalui surat-surat yang ditulisnya kepada sahabatnya di Belanda, Kartini mengungkapkan kegelisahan atas ketidakadilan gender dan terbatasnya akses pendidikan bagi perempuan.

Kumpulan suratnya yang kemudian dibukukan menjadi "Habis Gelap Terbitlah Terang" menjadi simbol semangat perubahan. Kartini menegaskan bahwa perempuan memiliki hak untuk menuntut ilmu, berpikir mandiri, dan berkontribusi dalam pembangunan bangsa.

Meski wafat dalam usia muda, gagasannya menjadi fondasi lahirnya berbagai gerakan perempuan dan sekolah-sekolah untuk perempuan di Indonesia. Saat ini, setiap tanggal 21 April, bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini untuk mengenang perjuangannya.

2. Dewi Sartika

Dewi Sartika
Dewi Sartika Kompas.com

Baca Juga: Women In Tech Sambut Hari Kartini: 3 Perempuan Kreatif di Industri Intelektual Properti

Dewi Sartika merupakan tokoh perempuan asal Bandung yang memperjuangkan pendidikan perempuan melalui jalur praktis. Pada 16 Januari 1904, ia mendirikan Sakola Istri, sekolah pertama bagi perempuan era Hindia Belanda. Sekolah ini kemudian berganti nama menjadi Sakola Kaoetamaan Istri.

Berbeda dari pendidikan tradisional yang hanya berorientasi pada peran domestik, di sekolah ini perempuan diajarkan membaca, menulis, berhitung, menjahit, memasak, dan keterampilan lain yang mendukung kemandirian perempuan. Konsep pendidikan Dewi Sartika memadukan nilai adat sunda dengan modernitas, mendorong perempuan agar terampil, cerdas, dan berdaya.

Berkat kegigihannya, Sakola Istri berkembang pesat dan tersebar di berbagai wilayah Jawa Barat. Pada tahun 1966, Dewi Sartika dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia.

3. Hajjah Rangkayo Rasuna Said

HR Rasuna Said
HR Rasuna Said

Rasuna Said adalah tokoh perempuan asal Sumatera Barat yang dikenal sebagai orator ulung dan aktivis pendidikan serta politik. Sejak muda, ia menunjukkan ketertarikan terhadap isu kesetaraan dan keadilan sosial. Salah satu perjuangan penting Rasuna Said adalah mendirikan Sekolah Thawalib di Padang Panjang yang memberikan pendidikan bagi perempuan dan laki-laki.

Sebagai anggota organisasi Sarekat Rakyat dan Persatuan Muslimin Indonesia, Rasuna Said menyuarakan pentingnya pendidikan sebagai alat perjuangan melawan kolonialisme dan penindasan terhadap perempuan. Ia pernah ditangkap pemerintah Hindia Belanda akibat pidatonya yang tajam dan kritis.

Setelah kemerdekaan Indonesia, Rasuna Said menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Pertimbangan Agung. Namanya diabadikan menjadi salah satu jalan protokol di Jakarta, yakni Jalan H.R Rasuna Said.

Baca Juga: Sinopsis Film yang Terinspirasi dari Kisah Pahlawan Perempuan Kartini

4. Maria Walanda Maramis

Maria Walanda Maramis
Maria Walanda Maramis

Maria Walanda Maramis berasal dari Minahasa, Sulawesi Utara. Ia dikenal sebagai pejuang pendidikan perempuan sekaligus penggerak kesetaraan sosial-politik. Pada 1917, Maria mendirikan organisasi Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya (PIKAT), yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan dan pengetahuan perempuan agar mampu berperan aktif dalam masyarakat.

Melalui PIKAT, perempuan Minahasa diajarkan keterampilan rumah tangga, pendidikan anak, serta literasi yang dapat meningkatkan kualitas hidup mereka. Selain itu, Maria memperjuangkan hak perempuan untuk ikut serta dalam pemilihan anggota Gemeenteraad (dewan kota) — sebuah langkah maju dalam politik saat itu.

Ia menjadi inspirasi dalam mendorong partisipasi perempuan di ruang publik dan pembangunan bangsa. Pada 2016, Maria Walanda Maramis dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.

(*)

Penulis:
Editor: Arintha Widya