Baca Juga: Mendukung Sesama Perempuan Mewujudkan Kesetaraan Gender dalam Rumah Tangga
Kartini mengalami langsung bagaimana perempuan dikurung dan dipisahkan dari dunia luar hanya karena belum menikah:
"Ketika saya berusia 12 tahun, saya dikurung di dalam rumah, saya mesti masuk kurungan. Saya dikurung di dalam rumah seorang diri, sunyi-senyap terasing dari dunia luar. Saya tidak boleh keluar dunia itu lagi, bila tidak disertai oleh suami."
Kartini menolak pandangan bahwa perempuan hanya cocok untuk urusan dapur, kasur, dan sumur. Ia juga menyuarakan ketidaksetaraan dalam strategi pembangunan pemerintah kolonial:
"Pemerintah hendak memakmurkan Pulau Jawa. Apakah gunanya memaksa orang laki-laki menyimpan uang, apabila perempuan yang memegang rumah tangga, tiada tahu akan harga uang itu?" - (Surat kepada Nyonya Cvink Soer, awal 1900)
Menurut Kartini, kemajuan masyarakat hanya bisa dicapai bila perempuan juga diberi kesempatan dan pendidikan yang sama seperti laki-laki. Salah satu kontribusi nyata Kartini adalah mendirikan sekolah untuk perempuan di Jepara, Jawa Tengah.
Relevansi Harapan Kartini bagi Anak-Anak Perempuan Saat Ini
Hari Kartini bukan hanya peringatan sejarah, tetapi juga momentum untuk merenungkan dan melanjutkan perjuangan Kartini. Saat ini, meskipun akses pendidikan bagi perempuan telah meningkat, tantangan masih ada, seperti kesenjangan gender dalam dunia kerja dan representasi perempuan dalam kepemimpinan.
Perayaan Hari Kartini harusnya menjadi inspirasi bagi anak-anak perempuan untuk bermimpi besar dan mengejar cita-cita mereka. Dengan meneladani semangat Kartini, generasi muda perempuan diharapkan dapat menjadi agen perubahan yang membawa kemajuan bagi masyarakat.
Selamat Hari Kartini untuk semua perempuan Indonesia. Harapan itu masih ada.
Baca Juga: Sambut Hari Kartini, Perempuan Gratis Naik MRT, LRT, dan Transjakarta di Tanggal Ini
(*)