Memerangi Bias, Ini Tantangan Perempuan di Sektor Keamanan dan Pertahanan

Citra Narada Putri - Minggu, 18 Februari 2024
Tandangan perempuan di bidang keamanan dan pertahanan nasional.
Tandangan perempuan di bidang keamanan dan pertahanan nasional. (Canya/iStockphoto)

Mulai dari pengarahan, pelatihan media hingga sumber daya tentang cara mendaftar ke sekolah pascasarjana, apa yang harus dilakukan dengan gelar sarjana tersebut.

Baca Juga: Gapai Mimpi Jadi Trail Runner, Ini Support System Terbesar bagi Septiana Nia Swastika

Di dalam komunitas ini, menurut Maggie #NatSecGirlSquad akan membantu para perempuan untuk bisa mendefinisikan kesuksesan versi mereka sendiri dan bagaimana cara mencapainya melalui bantuan perempuan lain yang ada di bidang keamanan dan pertahanan nasional. 

Terlebih lagi, sektor keamanan dan pertahanan nasional notabene masih didominasi laki-laki, sehingga dukungan dari sesama perempuan bisa lebih bermakna untuk mengembangkan karier. 

"(Bidang) ini tentu saja berat, dan bisa sangat menguras tenaga. Bukankah lebih menyenangkan bersama teman-teman? Menurutku (dukungan komunitas) ini lebih efisien," papar Maggie tentang pentingnya memiliki support system untuk mengembangkan karier di sektor keamanan dan pertahanan nasional.

Kebijakan yang Lebih Inklusif

Terlepas dari tantangan-tantangan yang dihadapi, perempuan terus memberikan kontribusi yang signifikan terhadap bidang keamanan dan pertahanan nasional.

Selama sepuluh tahun terakhir sejak membuat komunitas pengembangan profesional #NatSecGirlSquad, Maggie pun melihat ada perkembangan positif pada sektor keamanan dan pertahanan nasional, setidaknya di Amerika Serikat. 

Misalnya saja, seperti diceritakan oleh Maggie saat sesi wawancara, Amerika Serikat telah membuat kebijakan inovatif yang akan menguntungkan perempuan di bidang yang masih didominasi laki-laki ini. "Misalnya di Amerika Serikat, hal tersebut baru terjadi beberapa tahun yang lalu, semua peran di militer AS terbuka bagi perempuan," ceritanya.

Keputusan inovatif yang diberlakukan oleh Menteri Pertahanan AS, Ash Carter pada 2015 tersebut pun menyatakan bahwa semua peran tempur militer dibuka untuk perempuan. Pergeseran bersejarah ini pun menandai tonggak penting dalam kesetaraan gender di angkatan bersenjata AS.

Mulai bulan Januari 2016, perempuan diizinkan untuk bertugas di semua pekerjaan dan posisi militer, tanpa kecuali. Perempuan memperoleh akses terhadap peran-peran yang sebelumnya hanya terbatas pada laki-laki saja. Ini termasuk pada posisi tempur seperti unit infanteri, lapis baja, pengintaian, dan operasi khusus.

Baca Juga: Selain Bidang Militer, Ini 5 Jenis Pekerjaan yang Dibatasi oleh Usia

Dan untuk pertama kalinya, perempuan dapat mengemudikan tank, menembakkan mortir, memimpin prajurit infanteri ke medan tempur, dan bertugas di unit elit seperti Army Rangers, Navy SEAL, dan parajumper Angkatan Udara.

Tak hanya menghadirkan bidang yang semakin inklusif, kebijakan-kebijakan yang mengedepankan kesetaraan gender ini semakin mengakui kontribusi perempuan yang sangat berharga dalam keamanan dan pertahanan nasional.

Menurut Maggie, hal yang penting adalah bagaimana perempuan dipandang dalam sektor ini.

"Pada akhirnya yang penting adalah, apakah kita dihormati? Apakah kita dihargai? Apakah kita didengar? Apakah kita terlihat? Apakah kita memiliki kesempatan yang sama seperti jika kita adalah seorang pria?" harapnya.

Maka, dengan mengakui dan merayakan prestasi perempuan di bidang ini bisa menjadi sebuah langkah menuju perubahan positif.

Penting untuk diingat bahwa kesetaraan gender adalah inti dari perdamaian dan keamanan.

Maka, pemberdayaan perempuan dalam bidang keamanan dan pertahanan nasional tidak hanya memberikan manfaat bagi sektor secara keseluruhan, namun juga memperkuat perdamaian dunia.

(*)

Baca Juga: Karier atau Anak? Ternyata Ini Alasan Perempuan Bingung Memilih