Memerangi Bias, Ini Tantangan Perempuan di Sektor Keamanan dan Pertahanan

Citra Narada Putri - Minggu, 18 Februari 2024
Tandangan perempuan di bidang keamanan dan pertahanan nasional.
Tandangan perempuan di bidang keamanan dan pertahanan nasional. (Canya/iStockphoto)

Maggie Feldman Piltch, Managing Director Unicorn Strategies dan founder #NatSecGirlSquad.
Maggie Feldman Piltch, Managing Director Unicorn Strategies dan founder #NatSecGirlSquad. (Dok. PARAPUAN)

Baca Juga: Berbagai Langkah Tingkatkan Kesetaraan Gender di Dunia Kerja dari B20 WiBAC untuk G20

"Yaitu hal-hal yang terjadi di tempat kerja dan hal-hal yang berasal dari permasalahan yang sedang kita bicarakan dan kerjakan," papar Maggie saat diwawancara dalam acara Munich Security Conference 2024 secara daring. 

Dalam sudut pandang angkatan kerja, kalau pintu masuk pada peran-peran militer di bidang keamanan dan pertahanan nasional tidak terbuka untuk perempuan, maka bisa menjadi hambatan struktural.

"Maka kita tidak akan pernah memiliki perempuan di posisi kepemimpinan senior (di bidang keamanan dan pertahanan nasional) yang akan membuat orang-orang berkembang naik ke posisi tersebut (puncak)," jelasnya. 

Menurut data dari SHEcurity (2021), hanya 19 negara yang memiliki perempuan sebagai menteri pertahanan pada tahun 2020, yaitu sebesar 18,6%, dari total 103 negara yang dianalisis. Berdasarkan rata-rata peningkatan per tahun, diperkirakan dibutuhkan waktu 37,6 tahun untuk bisa mencapai kesetaraan gender.

Lebih dalam, rata-rata keterwakilan perempuan di sektor militer adalah yang terendah di antara semua wilayah analisis. Yaitu hanya 11,4% pada tahun 2020 dan perkiraan dibutuhkan waktu 155 tahun untuk bisa mencapai keseimbangan gender.

Sementara di badan kepolisian, secara keseluruhan, perempuan mencakup 23,3% dari angkatan kepolisian rata-rata pada tahun 2020. Dan ironisnya, Indonesia adalah negara yang paling rendah representasi perempuannya dalam badan kepolisian. 

Maggie mendapati ada beberapa masalah struktural yang bias gender di dunia keamanan dan pertahanan nasional. Salah satunya adalah masih ada orang, yang baik secara sadar atau tidak, meremehkan kompetensi profesional perempuan di bidang ini. 

Persepsi bahwa perempuan kurang mampu menangani situasi tekanan tinggi atau tugas fisik masih ada, yang menyebabkan adanya bias sehingga mempengaruhi rekrutmen, promosi, dan penugasan. Belum lagi, seperti disampaikan oleh Maggie, perempuan lebih rentan kesulitan untuk mendapatkan kehidupan yang seimbang antara pekerjaan dan pribadi.