Parapuan.co - Setiap bulan Agustus, kata “kemerdekaan” kembali menggema di berbagai sudut negeri. Namun, di luar perayaan simbolik, pertanyaan yang patut kita ajukan adalah: apakah perempuan di Indonesia sudah benar-benar merdeka?
Sekilas, jawabannya mungkin “ya”. Perempuan kini bisa menjadi menteri, CEO, ilmuwan, atlet berprestasi, atau pemimpin komunitas. Kisah keberhasilan mereka diangkat media, prestasinya diapresiasi, dan banyak yang menganggap ini bukti bahwa perempuan telah setara. Tetapi jika kita menelisik lebih dalam, akan terlihat bahwa kemerdekaan perempuan masih menyisakan tanda tanya besar.
Merdeka dari Apa?
Kemerdekaan yang sesungguhnya bukan hanya soal punya kesempatan, tapi juga merdeka dari batasan tak kasat mata yang dibentuk oleh norma sosial, stigma, dan ekspektasi orang lain.
Banyak perempuan yang secara formal bebas memilih, namun kenyataannya pilihan itu “dibungkus” syarat: boleh berkarier asal tidak mengorbankan peran domestik, boleh sukses asal tetap tampil “sesuai kodrat” versi masyarakat.
Sebagaimana melansir Forbes India, banyak perempuan yang mengalami ilusi kemerdekaan. Ambisi mereka sering kali “dikendalikan” — diberi ruang untuk bermimpi, tetapi hanya dalam batas yang dianggap pantas.
Pilihan hidup seperti menikah atau memiliki anak sering kali dianggap kewajiban, bukan opsi. Perempuan yang memilih jalur berbeda kerap menghadapi tatapan heran, komentar sinis, atau bahkan penghakiman.
Bentuk-Bentuk Kemerdekaan Bagi Perempuan
Agar kemerdekaan tidak hanya menjadi slogan, ada beberapa bentuk kebebasan yang penting untuk dimiliki dan diakui oleh perempuan:
Baca Juga: Peran Aktif Perempuan dalam Kegiatan Kerja Bakti Jelang Hari Kemerdekaan