Ajeng Patria Meilisa

Kandidat doktor Universitas Birmingham, UK. Sedang melaksanakan  riset komunikasi keluarga dan perkembangan anak. Berharap dapat mengokohkan peran keluarga dalam masyarakat.

Memahami Maternal Mental Health, Isu Kesehatan Mental Ibu yang Diakui WHO

Ajeng Patria Meilisa Kamis, 9 November 2023
Salah satu cara menjaga kesehatan mental ibu, atau maternal mental health, adalah dengan bersosialisasi.
Salah satu cara menjaga kesehatan mental ibu, atau maternal mental health, adalah dengan bersosialisasi. ChayTee

Tulisan ini merupakan pandangan pribadi dari penulis.

Untuk kumpul bersama teman-teman ini, seorang ibu bisa berbagi tugas dengan pasangan untuk mengambil alih pengurusan anak-anak mereka.

Dengan begitu, seorang ibu bisa menghabiskan waktu berkualitas bersama para sahabat. Hal ini sangat penting dalam merawat MMH.

Ketiga, yang penting dalam kesehatan mental ibu atau maternal mental health, adalah mengerjakan hobi.

Ibu manapun pasti punya hobi di masa mudanya, yang bisa jadi tidak tersalurkan saat sudah memiliki anak.

Hobi itu bisa fotografi, tulis menulis, menggambar, merajut, membaca, atau apapun yang sifatnya positif.

Seorang ibu tidak perlu mengubur hobinya akibat kesibukan mengurus anak dan pekerjaan domestik lainnya, lho, Kawan Puan.

Meski tidak perlu seintensif masa muda dulu, menekuni hobi lama ini akan sangat menghibur dan menjaga kepercayaan diri ibu.

Supaya bisa merawat hobi, seorang ibu bisa memulainya dengan bergabung bersama komunitas hobi.

Baca Juga: Pinjaman Online Pengaruhi Kesehatan Mental Ibu? Ini Penjelasannya

Luangkan barang sehari dalam seminggu untuk berkumpul bersama komunitas. Di sana, para ibu juga bisa berbagi cerita dan mendapatkan teman-teman baru.

STOP STEREOTYPING IBU, "MANUSIA SUPER"

Masih banyak kiat-kiat lain yang bermanfaat bagi MMH seperti misalnya olahraga atau meditasi.

Untuk bisa melakukan hal-hal yang menyehatkan bagi jiwa tersebut, kita semua perlu memiliki kesadaran untuk berhenti memandang ibu sebagai sosok yang selalu kuat, tidak mungkin merasa lelah, dan menyerupai “manusia super”.

Stereotip semacam itu hanya akan menempatkan ibu sebagai manusia yang tidak boleh sakit dan tidak boleh stres.

Padahal seorang ibu adalah juga manusia, yang dibebani tanggung jawab besar, yang sesekali boleh mengeluh dan merasa lelah.

Seorang ibu boleh rehat dan memikirkan dirinya sendiri, agar kelak bisa menjalani peran dan aktivitasnya dengan lebih prima.

Namun pada kondisi kesehatan mental tertentu, jangan ragu bagi ibu manapun untuk memeriksakan dirinya pada para profesional yang ahli di bidangnya.

Hal semacam ini harus dinormalisasi sebagai respons wajar dari ibu yang memikul beban dan tanggung jawab besar dalam kesehariannya. (*)

Baca Juga: Tips Merawat Bersama dan Berbagi Tugas Perawatan dengan Pasangan