Ajeng Patria Meilisa

Kandidat doktor Universitas Birmingham, UK. Sedang melaksanakan  riset komunikasi keluarga dan perkembangan anak. Berharap dapat mengokohkan peran keluarga dalam masyarakat.

Fenomena Fatherless dan Akar Masalahnya, Lelaki Tak Hanya Pencari Nafkah

Ajeng Patria Meilisa Senin, 26 Juni 2023
Ilustrasi gambaran keluarga tanpa kehadiran ayah atau bapak, fenomena fatherless.
Ilustrasi gambaran keluarga tanpa kehadiran ayah atau bapak, fenomena fatherless. Osobystist

Tulisan ini merupakan pandangan pribadi dari penulis.

Parapuan.co - Sebuah keluarga bisa saja dikatakan “utuh” secara norma, ketika terdapat unsur ayah, ibu, dan anak.

Namun keluarga yang demikian, tampil sebagai keluarga inti (nuclear family), tak berhasil memenuhi fungsi sosialnya. Ini terutama dikaitkan saat membesarkan anak.

Pada keluarga yang nampak “utuh” ini terjadi fenomena yang kini lazim disebut sebagai fatherless atau father absence.

Problem fatherless bisa disebabkan oleh perceraian, tetapi dalam konteks ini terdapat problem kehadiran, yang membuat fungsi ayah tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Fatherless juga disebabkan oleh orang tua yang tinggal berjauhan akibat tuntutan pekerjaan atau kesibukan ayah, yang terlalu padat.

Namun saat sang ayah ada di rumah dan berkumpul bersama anak-anaknya pun, situasi fatherless bisa terjadi.

Artinya, masalah fatherless tidak melulu bisa diatasi lewat keberadaan secara fisik saja, melainkan juga psikis.

Pertanyaannya, mengapa bisa terjadi fenomena fatherless, terutama pada keluarga inti?

Hal ini tentu tidak terlepas dari stereotip tentang peran perempuan, atau dalam hal ini ibu.

Baca Juga: Indonesia Peringkat ke-3 Fatherless Country di Dunia, Ini Pengertian dan Dampaknya