Alih-Alih Aib, Perceraian di Mauritania Jadi Perayaan Kebebasan untuk Perempuan

Rizka Rachmania - Senin, 19 Juni 2023
Perceraian menjadi perayaan kebebasan untuk perempuan di Mauritania.
Perceraian menjadi perayaan kebebasan untuk perempuan di Mauritania. Freepik

Parapuan.co - Di banyak negara, perceraian merupakan sebuah aib atas kegagalan seorang perempuan mempertahankan rumah tangganya.

Perempuan yang bercerai pun kerap menerima stigma negatif dari lingkungan sekitar karena dianggap tidak bisa menjaga rumah tangga, gagal jadi istri, dan anggapan buruk lainnya.

Namun pandangan berbeda justru dimiliki oleh penduduk Mauritania, sebuah negara muslim di Afrika yang memandang perceraian sebagai perayaan kebebasan untuk perempuan.

Perempuan yang baru saja bercerai akan menggelar pesta perayaan yang menandai dirinya bebas, sekaligus siap untuk menikah lagi.

Pesta perceraian di negara tersebut adalah hal yang umum, sekaligus menjadi cara komunitas untuk menyebarkan berita tentang status perempuan.

Mauritania yang penduduknya hampir 100 persen muslim ini memandang perceraian sebagai suatu hal yang positif, alih-alih aib kegagalan perempuan.

Melansir dari The New York Times, Nejwa El Kettab seorang sosiolog yang mempelajari perempuan di Mauritania mengatakan bahwa perempuan di sana cukup bebas.

Dibandingkan dengan negara-negara muslim lainnya, perempuan di Mauritania cukup bebas mengenai pernikahan dan perceraian, bahkan bisa mengejar apa yang mereka sebut dengan "karier matrimonial".

"Perempuan muda yang bercerai bukanlah masalah," ucap Nejwa El Kettab. "Perceraian bahkan dapat meningkatkan nilai perempuan," tambahnya.

Baca Juga: Apa Itu Grey Divorce? Istilah Perceraian seperti di Drakor Doctor Cha

Sumber: The New York Time
Penulis:
Editor: Rizka Rachmania