Dr.  Firman Kurniawan S.

Pemerhati budaya dan komunikasi digital, pendiri LITEROS.org, dan penulis buku Digital Dilemma

Alasan Perempuan Lebih Sering Menangis: Beda Orientasi Antar Gender

Dr. Firman Kurniawan S. Minggu, 18 Desember 2022
Ada perbedaan orientasi dalam mengekspresikan emosi antara laki-laki dan perempuan, termasuk soal menangis.
Ada perbedaan orientasi dalam mengekspresikan emosi antara laki-laki dan perempuan, termasuk soal menangis. Flash vector

Tulisan ini merupakan pandangan pribadi dari penulis.

Parapuan.co - Menangis bukan tanda kelemahan. Apalagi disebut kebiasaan yang hanya sesuai bagi perempuan.

Bahwa perempuan yang lebih banyak melakukannya, bukan berarti tabu jika laki-laki juga menangis.

Menangis atau cara lainnya, hanya soal pilihan untuk mengekspresikan isi pikiran.

Bukti kuat menangis bukan perilaku khas perempuan adalah bahwa sejak lahir, baik bayi laki-laki maupun perempuan, melakukan komunikasi pertamanya lewat tangisan.

Entah sejak kapan laki-laki berhenti menangis dan perempuan masih melakukannya, sehingga menangis seakan perilaku yang hanya melekat pada perempuan.

Menangis, tak beda dengan ekspresi komunikasi lainnya.

Perilaku seperti membentak, memuji, memaki, merayu, menghardik, dan membujuk, seluruhnya mewakili isi pikiran. Tindakan yang disampaikan dengan makna tertentu.

Dalam penelitian berjudul, Holding Back the Tears: Individual Differences in Adult Crying Proneness Reflect Attachment Orientation and Attitudes to Crying yang dilakukan Penggilingan Abigail, Erica G. Hepper, Claire M. Hart, dan Louise Swift, 2016, dengan mengutip pendapat Vingerhoets dan Cornelius, 2001, menangis punya latar belakang emosional yang unik bagi manusia.

Tak seperti ekspresi emosional lainnya, menangis adalah perilaku universal namun sifatnya khas.

Sebagai bentuk ekspresi emosional, menangis sering tak dapat dikendalikan. Juga sulit dipalsukan, jika tak ada dorongan untuk itu.