Perempuan dalam Ekosistem Fintech sebagai Solusi Inovasi Inklusi Keuangan

Arintha Widya - Selasa, 29 November 2022
Perempuan Dalam Ekosistem Fintech: Solusi Inovasi Inklusi Keuangan Dari Perempuan Untuk Perempuan
Perempuan Dalam Ekosistem Fintech: Solusi Inovasi Inklusi Keuangan Dari Perempuan Untuk Perempuan Dok. AFTECH

Parapuan.co - Kawan Puan, dalam beberapa tahun terakhir industri layanan keuangan digital atau fintech menjadi salah satu sektor yang paling berkembang di Indonesia.

Apa lagi dengan adanya peningkatan partisipasi perempuan sebagai pelaku industri di bidang fintech, sekaligus menjadi penggunanya.

Industri fintech di Indonesia saat ini juga sudah banyak melibatkan perempuan untuk berinovasi dalam membangun ekosistem digital yang aman dan nyaman untuk perempuan.

Sebagaimana tertera dalam press rilis yang diterima PARAPUAN, hal tersebut dilakukan sebagai usaha mengurangi kesenjangan gender dalam inklusi keuangan.

Sejalan dengan agenda pemerintah dan regulator, partisipasi perempuan Indonesia dalam inklusi keuangan dan pemulihan ekonomi pasca pandemi terus menjadi perhatian dan prioritas pelaku industri fintech.

Pada 11 November 2022 lalu, dilakukan diskusi "Women in Fintech Roundtable Discussion: Role of Women in Promoting Responsible Innovation on Digital Finance and Fintech Ecosystem" yang dilaksanakan Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH).

Dalam diskusi tersebut, pelaku industri maupun pemerintah masih memiliki banyak tugas dan perlu bekerja sama dalam mengadvokasi dan memberikan akses yang lebih mudah kepada masyarakat khususnya perempuan dalam inklusi keuangan pada lingkup digital.

Menurut sumber Laporan Survei Anggota Tahunan AFTECH, perusahaan fintech di Indonesia saat ini memang sudah cukup banyak menyediakan layanan khusus untuk perempuan.

Salah satu produk layanan yang paling banyak digunakan oleh perempuan adalah P2P lending yang 84 persen peminjamnya adalah perempuan.

Baca Juga: Manfaatkan Teknologi, Bisnis Ini Alami Kenaikan Omzet Saat Pandemi

Hal ini juga juga sejalan dengan survei yang dilakukan OJK yang mengungkapkan bahwa 66,7 persen penerima P2P atau pinjaman online adalah perempuan.

Sebagai salah satu pembicara diskusi pada acara Women in Fintech Roundtable Discussion, hadir Sati Rasuanto, yang merupakan Co-Founder dan CEO VIDA.

"Dalam proses onboarding pengguna layanan digital, keberhasilan verifikasi dan otentikasi identitas digital sesuai dengan identitas legal menjadi salah satu kunci penentu bergabungnya pengguna ke dalam platform layanan fintech," terang Sati.

"Untuk itulah, sebagai penyedia layanan verifikasi identitas dan sertifikat elektronik, VIDA berkomitmen untuk terus berinovasi dalam menghasilkan teknologi yang inklusif dan ramah bagi berbagai gender," lanjutnya.

Dengan begitu, menurut Sati pengguna layanan digital khususnya perempuan dapat melakukan proses onboarding dalam platform digital secara mudah, aman, dan nyaman tanpa adanya bias dan kendala terkait teknologi deteksi verifikasi identitas.

Selain akses dan kemudahan penggunaan layanan fintech, literasi digital dan literasi keuangan yang memadai juga menjadi faktor penting dalam menjamin perempuan mendapatkan kenyamanan dan keamanan penggunaan layanan keuangan di dalam ekosistem digital.

Masih berdasarkan Laporan Survei Anggota Tahunan AFTECH, indeks literasi keuangan baik laki-laki maupun perempuan telah mengalami peningkatan.

Pertumbuhan literasi keuangan perempuan juga didapati meningkat dua kali lipat dibandingkan laki-laki pada tahun 2016 hingga 2019 dengan peningkatan sebesar 12,4 persen.

Sati Rasuanto menambahkan, "Literasi digital dan keuangan yang belum merata di tengah meningkatnya penggunaan layanan fintech di kalangan perempuan, masih menempatkan kelompok masyarakat ini, khususnya di Indonesia, sebagai pengguna layanan yang rentan terhadap berbagai resiko kejahatan keuangan."

"Meningkatnya jumlah kasus perempuan sebagai korban platform pinjaman dan investasi online ilegal menunjukan rendahnya literasi keuangan dengan berbagai latar belakang yang masih perlu diperhatikan baik oleh pelaku bisnis industri fintech maupun pemerintah," imbuhnya lagi.

Dengan dilakukannya advokasi literasi digital dan keuangan seiring penetrasi penggunaan layanan fintech, VIDA optimis kedepannya hal ini dapat dijadikan salah satu solusi dari inklusi keuangan perempuan dalam membantu pemulihan ekonomi pasca pandemi di Indonesia.

Tidak hanya sebagai pengguna, Sati mendorong peningkatan peran perempuan di balik inovasi teknologi fintech agar perempuan merasa aman dan nyaman menggunakan produk fintech dalam bertransaksi di ekosistem digital.

Inspiratif sekali ya, Kawan Puan. Mudah-mudahan informasi tersebut bermanfaat buatmu!

Baca Juga: Ingin Pinjam Uang di Fintech Lending? Perhatikan Dulu 6 Tips Hemat Ini

(*)

Sumber: Press Release
Penulis:
Editor: Dinia Adrianjara