Anneila Firza Kadriyanti

Pengamat komunikasi politik gender; founder dan pegiat literasi digital Mari Melek Media; feminist blogger.

Potret Perempuan dalam Realitas Wakanda pada Sekuel Black Panther

Anneila Firza Kadriyanti Jumat, 18 November 2022
Seperti apa potret perempuan dalam dunia film Black Panther: Wakanda Forever?
Seperti apa potret perempuan dalam dunia film Black Panther: Wakanda Forever? Dok. Disney Indonesia

Tulisan ini merupakan pandangan pribadi dari penulis.

Di mana seringkali perempuan tidak menyadari bahwa mereka telah dilecehkan ataupun bingung harus membagi dan melaporkan pengalaman mereka.

Baca Juga: Kekerasan Berbasis Gender Online Kian Marak, Menurut Studi Ini 4 Faktornya

Unsur ketiga dan terakhir yang menyebabkan tingginya ketimpangan gender adalah keterbatasan bahkan pelarangan perempuan untuk menyuarakan kepentingan mereka.

Faktor terakhir ini bersifat sangat politis, sebab perempuan berusaha untuk membangun sebuah gerakan sipil dalam melawan dan menentang norma budaya patriarki yang melanggar hak asasi mereka sebagai manusia dalam berekspresi dan beropini sebagai perempuan.

Pasca kematian Mahsa Amini yang dilakukan oleh polisi moral Iran menyulut demonstrasi di negara tersebut yang menyebabkan ribuan perempuan melepaskan jilbab mereka sebagai bentuk protes terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh aparat.

Namun aksi ini ditanggapi dengan pemerintah yang menerapkan hukuman mati kepada pengunjuk rasa dan penangkapan hingga pembunuhan terhadap ratusan perempuan lain yang ikut berdemonstrasi melawan pengekangan perempuan oleh rezim pemerintahan Iran.

Baca Juga: Pemilu 2024 dan Identitas Politik Perempuan yang Kerap Termarjinalkan

Rasisme yang Memperburuk Prasangka Gender

“To be young, gifted, and black though, right? They probably don’t say that in Wakanda.”

Penggalan kalimat tersebut merupakan cuplikan dari salah satu dialog dalam film Black Panther: Wakanda Forever yang diucapkan oleh karakter Riri Williams.