Mengenal Nasida Ria, Grup yang Perkenalkan Musik Kasidah ke Kancah Internasional

Ardela Nabila - Senin, 20 Juni 2022
Nasida Ria
Nasida Ria Kompas.com

Parapuan.co - Kabar membanggakan datang dari grup musik asal Semarang, Jawa Tengah, yakni Nasida Ria, yang merupakan band pelantun lagu-lagu kasidah modern.

Bagaimana tidak, grup beranggotakan sembilan orang perempuan itu berkesempatan untuk menghibur para turis mancanegara di Kassel, Jerman pada Sabtu (18/6/2022).

Melansir Tribunnews.com, grup tersebut diundang secara langsung untuk tampil dalam pameran seni rupa kontemporer, Documenta Fifteen, yang digelar sejak 18 Juni sampai 25 September 2022 mendatang.

Kabar terkait hal tersebut diumumkan secara langsung melalui akun Instagram resmi @nasidariasemarang.

Besok Nasida Ria akan tampil sebagai pembuka di event seni akbar dunia @documentafifteen di Kassel, Jerman,” demikian bunyi keterangan pada unggahan tersebut.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by NASIDA RIA Semarang (@nasidariasemarang)

Lantas, siapakah grup Nasida Ria yang berhasil memperkenalkan musik kasidah ke tingkat internasional?

Beranggotakan sembilan orang, semua personel di grup musik ini minimal menguasai tiga jenis alat musik dan vokal, sehingga dapat saling bergantian ketika pentas.

Meskipun namanya tidak seeksis grup musik mainstream, namun Nasida Ria sebenarnya aktif tampil mengisi berbagai acara di televisi swasta, lo.

Bahkan, seperti dikutip dari Kompas.com, grup ini masih aktif membuat berbagai konten di berbagai platform digital, misalnya dengan mengadakan konser virtual.

Baca Juga: Keren! Grup Nasida Ria Tampil Qasidah di Jerman, Ini Aksi Panggungnya

Tak ingin ketinggalan zaman, General Manager Nasida Ria, Choliq Zain, mengatakan bahwa grup musik kasidah modern asal Semarang ini terus mengikuti perkembangan digital.

“Dulu kita jualan pakai kaset, CD, VCD, DVD, sekarang pakai YouTube. Ada banyak platform seperti Joox. Kalau ada yang bertanya tidak produksi, tidak tampil, sekarang klik bisa lihat ada vlog, kegiatan macam-macam,” ujarnya.

Di Balik Kesuksesan Nasida Ria

Ayah Gus Choliq, HM Zain, merupakan sosok di balik kesuksesan grup musik Nasida Ria.

Ia merupakan seorang pemuka agama Islam di Semarang yang membentuk grup kasidah ini pada tahun 1975.

Sosok HM Zain mendorong murid-muridnya untuk bermusik di asrama miliknya yang berada di kawasan Kauman Mustaram Nomor 58, Semarang.

Nama Nasida Ria berasal dari gabungan kata Nasida yang berarti nyanyian dan Ria yang memiliki arti gembira, harapannya mereka bisa berdakwah lewat musik dengan penuh kegembiraan.

Pada awalnya, para murid datang untuk mengaji, namun HM Zain yang merupakan seorang penyuka musik mencarikan guru musik agar para murid tidak bosan dalam proses belajarnya.

Berawal dari kreativitas tersebut, anak-anak didik HM Zain justru mampu berkembang dalam bermusik.

Baca Juga: Sempat Dilarang, Ini Perjuangan Voice of Baceprot Wujudkan Mimpi Jadi Band Metal Internasional

Jika pada awalnya mereka hanya memainkan lagu berbahasa Arab dengan iringan rebana, kemudian seiring berjalannya waktu Nasida Ria mendapatkan hibah alat musik lainnya.

Mulai dari keyboard, gitar, kendang, tamborin, hingga biola yang menjadi ciri khas Nasida Ria.

“Dulu alat musik semua dipegang. Semua mulai dari nol, kita dipanggilkan guru. Kemudian berkembang dikasih not balik, bisa dan latihan sendiri. 40 tahun saya nge-bass gitar,” ujar salah satu personel generasi pertama, Rien Djamain.

Mulai Populer Lewat Lagu Perdamaian

Apabila pada awal kemunculannya lagu-lagu yang dirilis kurang diminati karena berbahasa Arab kental nuansa Timur Tengah, Nasida Ria mulai eksis pada tahun 1980-an lewat lagu bertajuk Perdamaian.

Lagu yang merupakan salah satu lagu di album kelimanya itu menjadi tonggak popularitas Nasida Ria.

Kesuksesan grup ini pun berlanjut di album-album berikutnya dengan lagu yang tak kalah populer, seperti Palestina, Bom Nuklir, Jilbab Putih, Ratu Dunia, Indonesiaku, sampai Kota Santri.

Masa jaya tahun 1980 sampai 1990-an pentas bisa berkali-kali,” kenang Rien menceritakan perjalanan Nasida Ria.

Sebelum tampil di Jerman akhir pekan lalu, grup ini juga sudah pernah berkunjung ke Jerman, Hong Kong, dan Malaysia.

Baca Juga: Inspiratif, Ini Cerita Band Indie Sisters in Danger Suarakan Isu Sosial Lewat Musik

 

Tercatat hingga tahun 2021 lalu, mereka bahkan sudah menghasilkan sekitar 400 lagu dari 36 album dengan konsep musik kasidah modern.

Choliq Zain mengatakan, lagu-lagu Nasida Ria mengangkat persoalan mengenai kebangsaan, isu lingkungan, sosial, hukum, bahkan sampai keluarga.

“Ada tiga pencipta lagu yang paling dominan, yakni Pak Ahmad Buchori Masruri, H. Fadholi Ambar, dan Suhaimi,” ujarnya.

Syair lagu yang diciptakan tak lekang waktu pun masih relevan sampai saat ini, misalnya saja Perdamaian dan Tahun 2000 yang diciptakan pada tahun 1980-an.

Regenerasi Nasida Ria

Tak ingin berhenti eksis, kini kelompok musik tersebut berupaya untuk melakukan regenerasi dengan melahirkan Ezura, grup kasidah milenial dengan nuansa pop.

Salah satu pendirinya ialah Nazla Zain, cucu HM Zain. Di sini, para personel tak hanya belajar bermusik, namun juga mengaji.

“Saya dan Ayah membentuk grup untuk wadah regenerasi. Mulai dari nol kemudian terbentuk. Awalnya bernama Qasidah Tanpa Nama (QTN), kemudian muncul Ezura,” jelas Nazla.

Baca Juga: Sisters in Danger Inisiasi Gerakan Sosial Dapur Keliling untuk Bantu Sesama, Berawal dari Dampak Pandemi

Sampai saat ini, Nasida Ria dan Ezura membuktikan bahwa mereka mampu menjangkau pasar yang lebih luar.

Bahkan sejak tahun 2015, telah dibentuk Sobat Nasida Ria sebagai wadah untuk para penggemar muda. (*)

 

Sumber: Kompas.com,Tribunnews
Penulis:
Editor: Maharani Kusuma Daruwati