Parapuan.co - Sudah seratus tahun usia perfilman Indonesia berdiri.
Dan memasuki usia satu abad, kita bisa merasakan evolusi yang terjadi, baik dari sisi pemain di depan maupun belakang layar.
Kendati demikian, yang masih jadi pertanyaan besar adalah, sejauh mana industri perfilman telah memberikan ruang aman bagi perempuan untuk berkarya?
Pasalnya, masih ada sineas, aktris hingga lini produksi yang diembani perempuan, yang masih mengalami diskriminasi gender dalam industri perfilman tanah air.
Misalnya, karya sineas perempuan dianggap tidak semenarik sineas laki-laki.
Atau, perempuan kurang direpresentasikan secara adil dalam film-film di layar lebar.
Tak hanya diskriminasi gender dalam berkarya, para penikmat film perempuan juga dianggap kurang kompeten dalam menilai sebuah karya.
Ada anggapan bahwa film disukai oleh banyak perempuan, dianggap sebuah karya yang kurang bagus.
Kendati demikian, ketika banyak laki-laki yang suka dengan sebuah film, maka karya tersebut dianggap berkualitas.
Baca Juga: Women’s Day on Screen, Menonton Film Perempuan Ditemani Gerimis
