Mengenal PEKKA, Organisasi Pemberdayaan Perempuan Kepala Rumah Tangga

Aulia Firafiroh - Jumat, 18 Maret 2022
Mengenal Organisasi PEKKA
Mengenal Organisasi PEKKA Parapuan

Parapuan.co- Masih dalam perayaan Hari Perempuan Internasional, kali ini PARAPUAN akan mengulik soal organisasi Pemberdayaan Perempuan Kepala Rumah Tangga (PEKKA).

PEKKA sendiri merupakan suatu organisasi non-profit yang didirikan oleh Nani Zulminarni.

Kepada PARAPUAN, Nani Zulminarni membahas apa itu organisasi PEKKA yang masih asing di telinga masyarakat.

"PEKKA ini awalnya diorganisir di dalam kelompok bukan individu tapi unitnya desa. Jadi kita identifikasi dulu, ada berapa perempuan kepala rumah tangga di desa tersebut. Lalu kita datangi satu per satu. Mau nggak mereka bergabung dengan PEKKA," jelas aktivis perempuan yang lahir pada 10 September 1962 itu.

Sebelum akhirnya mendirikan PEKKA, Nani Zulminarni sempat melakukan observasi soal perempuan kepala rumah tangga.

"Awal saya membangun PEKKA, saya melakukan observasi di lapangan. Saya mendefinisikan perempuan kepala keluarga itu inklusif meliputi janda suami meninggal, janda suami bercerai, perempuan yang ditinggal suaminya entah kemana, lalu perempuan lajang yang membiayai ibu, bapak, dan keluarganya atau perempuan yang berada dalam ikatan perkawinan poligami. Bisa istri pertama atau kedua. Lalu perempuan yang punya suami tapi suaminya sudah tua, jadi tidak bisa melaksanakan fungsi sebagai kepala keluarga," papar Nani.

Kemudian Nani mulai menceritakan seperti apa kegiatan para perempuan di PEKKA.

"Nah di PEKKA, kita mulai dengan kegiatan yang praktis banget, yaitu simpan pinjam. Jadi para perempuan ini awalnya menabung dulu dengan tujuan untuk merubah pemahaman mereka tentang kemandirian. Jadi selama ini orang-orang di desa, pas ada orang yang membuat program datang, harapan mereka adalah dibantu secara ekonomi atau memberi sesuatu. Nah, kita mengajak mereka menabung untuk menanamkan ke diri mereka, sekecil apapun mereka miliki, tapi mereka memiliki sumber daya," cerita Nani.

"Jadi simpan pinjam itu, bukan micro credit ya. Simpan pinjam itu memang menabung, ya seperti koperasi. Nah nantinya mereka menabung. Setelah tabungan mereka terkumpul selama tiga bulan, jadi mereka bisa meminjamkannya bersama. Jadi ownernya itu adalah mereka," tambahnya.

Baca juga: Jadi Kepala Rumah Tangga, Nani Zulminarni Lawan Stigma Buruk Janda

Lewat PEKKA, perempuan berjibab itu ingin mengajari para perempuan di pedesaan agar tidak bergantung kepada bantuan dari program-program yang diberikan Lembaga Swadaya Masyarakat.  

"Pas mereka tanya 'kan kita miskin, kok disuruh menabung?', lalu kita tanya balik seperti berapa uang yang ia habiskan untuk biaya jajan anaknya?, berapa dia menghabiskan uang untuk beli gula?, yang kayak gitu itu. Dan menabung nggak perlu dalam bentuk uang juga, bisa dalam bentuk minyak, kelapa, dan lain-lain," tutur Nani.

"Jadi yang ingin PEKKA lakukan di sini adalah merubah pola pikir yang selama ini mindset mereka selalu mencari bantuan," lanjutnya.

Saat ditanya soal hambatan yang pernah dialami PEKKA, Nani tak memungkiri bahwa orang-orang yang mengikuti kegiatan organisasi tersebut, awalnya semakin lama, semakin berkurang.

"Tentu kita pernah tuh ditinggal oleh penerima manfaat. Tapi kita tetap keep organizing. Sampai pada satu titik, tinggal tersisa beberapa orang, kemudian mereka bertahan dan membangun PEKKA," ujar Nani.

Nani juga menceritakan tiga tahun pertama soal kendala yang dialami PEKKA.

"Nah, tiga tahun pertama, perkembangan PEKKA turun naik. Banyak gagalnya daripada berhasilnya. Tapi kemudian, yang bertahan di PEKKA, memiliki koperasi simpan pinjam yang asetnya terus bertambah. Dan itu milik mereka. Lalu ada yang berhasil membangun community language center," cerita lulusan Magister Sosiologi North Carolina Amerika Serikat ini.

Tak hanya memberikan program pemberdayaan ekonomi seperti simpan pinjam, PEKKA juga memiliki beberapa program lainnya.

"Selain kita memberikan program simpan pinjam, melatih cara mengelolanya, juga ada pelatihan usaha. Mereka akan dilatih mengembangkan usaha dan ekonomi produktif. Lalu juga ada kegiatan pendidikan di PEKKA khususnya membangun pelatihan kepercayaan diri, kepemimpinan, dan baca tulis juga. Karena 65 persen perempuan yang ternyata buta huruf," kata Nani.

Baca juga: Nani Zumilnarni, Pendiri Pemberdayaan Perempuan Kepala Rumah Tangga

"Lalu ada juga beasiswa anak yang bisa membantu ibu-ibu ini," tambahnya.

Nani juga membeberkan bagaimana strategi PEKKA agar mendekati para perempuan di daerah pedesaan.

"Metode pelatihan kita, mulai dari mengeluarkan perempuan dari 'rumahnya'. Maksudnya, yang awalnya perempuan itu selalu berada di dalam rumah, lalu mereka bisa mengikuti pelatihan di luar rumah, seperti di balai desa. Setelah itu, kita mengeluarkan perempuan dari 'desanya' dengan membuat pelatihan di tingkat kabupaten. Lalu kita bikin pelatihan tingkat provinsi. Dan kemudian, kita membawa mereka ikut pelatihan di tingkat nasional," beber Nani.

PEKKA juga menyediakan pelatihan kepemimpinan bagi para perempuan.

"Jadi pelatihan capacity building dan kepemimpinan, menjadi core program PEKKA, yaitu mengeluarkan agency perempuan yang kuat. Setelah beberapa tahun sudah banyak hingga ratusan, kami memfasilitasi mereka untuk membuat Serikat PEKKA," jelas Nani.

Lalu Nani menjelaskan apa itu Serikat PEKKA yang merupakan bagian dari PEKKA itu sendiri.

"Serikat PEKKA ini membership organization, yang sifatnya lebih politis. Jadi Serikat PEKKA ini, akan menggugat dan menuntut ruang kepemimpinan publik dan mengadvokasi. Basis PEKKA saat ini sudah ada di 80 kabupaten," jelas sarjana jurusan Perikanan Institut Pertanian Bogor itu.

Perkumpulan PEKKA
Perkumpulan PEKKA parapuan

Lantas, bagaimana caranya jika ada Kawan Puan yang ingin bergabung?

"Bagaimana kalau ingin bergabung? Kalau dia berasal dari kabupaten yang sudah ada Serikat PEKKA, dia bisa mengontak pengurus Serikat PEKKA yang ada di bagian kabupaten itu," jelas Nani.

"Kalau belum ada PEKKA di daerah tersebut, mereka bisa mengontak serikat PEKKA federasi nasional," tambahnya lagi.

Sebagian besar perempuan yang bergabung PEKKA justru perempuan yang bersuami.

"Selama ini yang bergabung PEKKA adalah para perempuan yang memiliki suami tapi suaminya pengangguran," ujar Nani.

Tak hanya ada pelatihan dan pemberdayaan ekonomi, PEKKA juga memberikan fasilitas kelas bagi para perempuan yang ingin belajar.

"Kita juga bikin kelas-kelas untuk perempuan yang namanya Akademi Paradhita. Akademi Paradhita ini suatu pendidikan kepemimpinan perempuan secara umum yang dilatih oleh ibu-ibu PEKKA," tambah Nani. (*)

Penulis:
Editor: Aulia Firafiroh