Jadi Kepala Rumah Tangga, Nani Zulminarni Lawan Stigma Buruk Janda

Aulia Firafiroh - Kamis, 17 Maret 2022
Nani Zulminarni PEKKA
Nani Zulminarni PEKKA Parapuan

Parapuan.co- Nani Zulminarni yang merupakan perempuan kepala rumah tangga menceritakan keluh kesahnya kepada PARAPUAN soal stigma janda. Perempuan kelahiran 10 September 1962 mengawali cerita tentang pengalamannya bercerai dan menjadi 'janda'.

"Akhir tahun 90-an, tepatnya 1998, waktu Indonesia mengalami krisis, saya juga mengalami krisis di dalam rumah tangga saya. Lalu saya bercerai di tahun 2000," cerita Nani pada Senin (14/3/2022).

Baginya, situasi perceraian saat itu merugikan kariernya sebagai Direktur Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) karena ada stigma yang tidak baik tentang perempuan bercerai.

"Nah, karena saya sebagai direktur perempuan, ternyata situasi perceraian dianggap mengganggu karier saya. Karena saya di sini, dianggap sebagai role model perempuan tapi kok cerai. Jadi saya mengundurkan diri sebagai direktur," cerita ibu tiga anak ini.

Ia juga menceritakan bagaimana proses yang melelahkan dan tidak menyenangkan bagi perempuan.

"Saat bercerai, saya melalui proses pengadilan yang sangat pahit. Yang pertama, soal perceraian itu sendiri, yang kedua soal perebutan hak asuh anak. Dari proses itu, saya akhirnya tahu betapa susahnya jadi perempuan kepala keluarga," ujar Nani

Bagi Nani, tidak ada orang yang menginginkan pernikahan mereka harus berakhir dengan perceraian. Tapi hal itu harus terjadi demi kebaikan masing-masing.

Ia mengaku, banyak hal yang harus ia korbankan bercerai dengan sang mantan suami.

"Sejujurnya, perceraiaan ini membuat saya hancur. Saya harus kehilangan pekerjaan yang saya tekuni sekian lama. Selain itu, perceraian ini juga melukai hati anak-anak saya. Hal itu jelas mempengaruhi penghasilan dan reaksi keluarga saya," curhat perempuan paruh baya tersebut.

Baca juga: Nani Zumilnarni, Pendiri Pemberdayaan Perempuan Kepala Rumah Tangga

Penulis:
Editor: Aulia Firafiroh