Sosok Emilie du Chatelet, Perempuan yang Berkontribusi dalam Teori Sains Newton

Aulia Firafiroh - Sabtu, 12 Februari 2022
Emilie du Chatelet
Emilie du Chatelet kompas

Parapuan.co- Tanggal 11 Februari setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Perempuan dan Anak Perempuan Sedunia di Bidang Sains atau International Day of Women and Girls in Science. Dilansir dari laman resmi PBB, sains dan kesetaraan gender sangat penting untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan atau yang dikenal dengan Sustainable Development Group (SDG).

Untuk memperingatinya, PARAPUAN akan membahas mengenai salah satu perempuan yang berkontribusi dalam kemajuan sains. Kawan Puan, mungkin sudah tidak asing dengan teori Newton yang ada di dalam ilmu fisika.

Melansir Kompas.com, teori Newton tidak akan terwujud tanpa adanya sosok Emilie du Chatelet. Emilie du Chatelet adalah seorang matematikawan, fisikawan, penerjemah, dan filsuf berkebangsaan Perancis.

Tanpa Emilie, teori Newton akan sulit beredar dan dipelajari oleh sekolah-sekolah hingga saat ini. Saat ilmuwan dan penemu pada zaman dahulu didominasi oleh kaum laki-laki, Emilie menjadi perempuan yang berkontribusi pada teori dan misi Newton serta banyak membuat literatur ilmiah.

Namun zaman dahulu sosok perempuan yang menjadi ilmuwan dianggap tabu. Emilie berani mendobrak hal itu. Lalu, seperti apa sosok Emilie de Chatelet yang sosoknya berkontribusi pada dunia sains namun namanya masih asing didengar?

Sosok Emilie de Chatelet

Emilie du Chatelet lahir dengan nama Gabrielle-Emilie Le Tonnelier de Breteuil di Paris pada 17 Desember 1706.  Ia dibesarkan dalam keluarga bangsawan, yang mana ayahnya seorang pejabat di istana "Sun King" Louis XIV.

Emilie bisa dibilang cukup berprivilese karena lahir dari keluarga bangsawan yang membuat dirinya mudah mendapat pendidikan yang baik di tengah diskriminasi perempuan di abad ke-18. Mengutip dari Space pada Kamis (17/12/2021), Emilie adalah sosok perempuan yang giat belajar.

Ia bersekolah di rumah dengan mendatangkan para ilmuwan dan matematikawan terkemuka. Tak hanya itu, Emilie juga menuntaskan studi formal untuk bidang matematika, sains, bela diri anggar, dan linguistik, serta belajar enam bahasa pada usia 12 tahun.

Baca juga: Sosok Nawal El Sadawi, Tokoh Feminis Arab yang Tolak Sunat Perempuan

Seperti diketahui, pada masa itu, jarang ada perempuan yang mengejar karier intelektual secara terang-terangan seperti Emilie. Karena keberadaan ilmuwan perempuan masih ditentang masyarakat pada saat itu, Emilie selama berbulan-bulan melakukan penelitian dan eksperimen rahasia.

Pada usia 20-an, Emilie menikah dengan Marquis Florent-Claude du Chatelet, seorang perwira militer yang memiliki perpustakaan dengan koleksi sekitar 21.000 buku.

Sepak terjang Emilie 

Emilie banyak dilakukan pekerjaan sebagai ilmuwan secara independen di luar lembaga ilmiah utama Perancis bernama Académie des Sciences. Lembaga tersebut hanya mengizinkan kaum pria untuk menghadiri pertemuan.

Ia memanfaatkan koneksinya yang memiliki keahlian di bidang matematika, filsafat, dan bidang terkait lainnya. Usai melakukan penelitian dan eksperimen rahasia, ia mencoba menyerahkan penelitian fisika terobosannya ke Akademi Ilmu Pengetahuan Prancis pada 1737.

Lewat penelitian itu, Emilie memprediksi mengenai keberadaan radiasi inframerah.

Seorang penulis terkenal bernama Voltaire dari pencerahan Perancis mengakui bakat Emilie dan pada 1738, keduanya berkolaborasi menerbitkan "Elemen Filsafat Newton".

Dilansir dari laman Physics World yang tayang pada 10 Juni 2004, penelitian Emilie dijadikan sebagai buku, namun buku tersebut hanya dicantumkan nama Voltaire saja di halaman judul. Sebagai penghormatan, bagian depan buku tersebut mengilustrasikan Emilie sebagai sosok dewi kebenaran yang sedang memegang cermin.

Buku ini menguraikan fakta fisika Newton yang kompleks menjadi istilah-istilah yang mudah dipahami secara umum oleh para pembaca. Buku itu sangat berpengaruh karena mampu membujuk para peneliti Perancis untuk meninggalkan pahlawan nasional mereka sendiri, René Descartes, dan beralih kepada Newton serta teori-teorinya.

Baca juga: Profil Taylor Swift yang Lagunya Mengandung Makna Politik hingga Ada Mata Kuliahnya

Karya-karya Emilie

Pada 1740, Emilie mempublikasikan karyanya secara anonim berjudul "The Foundations of Physics" yang berisi karya filsafat alam yang menggabungkan fisika Newton dengan metafisika. Karyanya memainkan peran penting dalam penerimaan fisika Newton di seluruh Eropa.

Meskipun anonim, Emilie terus melakukan revolusi fisika modern dengan menerjemahkan "Principia" sebuah manifesto teori Newton untuk hukum gerak dan gravitasi. Kemudian, terjemahannya diterbitkan secara anumerta pada 1759, dan menjadi terjemahan versi Perancis terkemuka hingga saat ini.

Emilie juga menjelaskan versi baru dari fisika Newton dengan memecahkan masalah penggambaran gaya dan gerakan.

Meski diterbitkan secara anonim, bukunya mendapat ulasan bagus di jurnal bergengsi. Selanjutnya, dia tertarik dengan kalkulus.

Emilie menerjemahkan geometri Newton ke dalam aljabar kontinental baru.

Akhirnya, Emilie berhasil merangkum penelitian matematika dan melakukan pembuktian eksperimental atas teori Newton. Ia bahkan mengubah matematika kompleks menjadi prosa yang elegan, dilengkapi dengan contoh-contoh yang dibuatnya sendiri.

Pada usia 43 tahun, Emilie mengalami kehamilan berisiko, ditambah lagi kebiasaannya yang menghabiskan 18 jam sehari untuk bekerja demi menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu. Ia berhasil melahirkan bayinya, tetapi Emilie meninggal segera setelah bayi itu lahir.

Kawan Puan, sosok Emilie ini sungguh tangguh dan sangat memberikan kontribusi pada dunia sains ya! (*)

Sumber: kompas
Penulis:
Editor: Aulia Firafiroh