Jangan Diabaikan, Ini yang Terjadi Pada Tubuh saat Merasa Depresi

Maharani Kusuma Daruwati - Senin, 6 Desember 2021
Ini yang akan terjadi pada tubuh saat depresi
Ini yang akan terjadi pada tubuh saat depresi foto: freepik.com

Parapuan.co - Belakangan publik tengah dihebohkan dengan kasus meninggalnya seorang mahasiswi di Mojokerto, Jawa Timur.

Novia Widyasari atau NWR (23) dikabarkan bunuh diri karena depresi.

Jasad NWR ditemukan meninggal di pusara sang ayah di pemakaman umum Desa Japan, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Kamis (2/12/2021).

NWR meninggal bunuh diri diduga setelah menenggak racun.

Belakangan diketahui penyebab NWR mengakhiri hidupnya lantaran mengalami tekanan mental atau depresi berat.

Baca Juga: Penting! Psikiater Ungkap Kenapa Depresi Sering Dikaitkan dengan Bunuh Diri

Diduga depresi tersebut berakar karena kekerasan seksual, yaitu diperkosa hingga hamil oleh kekasihnya hingga dipaksa menggugurkan kandungan oleh keluarga kekasihnya.

Belajar dari kasus tersebut, depresi memang tak boleh diabaikan ya, Kawan Puan.

Selain karena dapat menimbulkan hasrat untuk bunuh diri, depresi juga memiliki efek pada fisik.

Gejala depresi yang paling terkenal adalah emosional, termasuk kesedihan, rasa bersalah, lekas marah, dan perasaan putus asa.

Gejala lain yang sering muncul, seperti kesulitan fokus atau berkonsentrasi pada tugas, juga dianggap terkait dengan kondisi pikiran seseorang.

Meskipun depresi adalah penyakit mental, depresi juga dapat menyebabkan gejala fisik.

Sakit, sakit perut, kelelahan, dan kegelisahan hanyalah beberapa efek fisik potensial dari depresi. 

Orang dapat memiliki gejala-gejala fisik untuk berbagai alasan, tetapi mereka mungkin tidak menyadari depresi dapat menjadi salah satu penyebab potensial.

Perawatan tertentu yang digunakan untuk depresi, seperti obat-obatan, juga dapat memiliki efek samping fisik seperti mual, perubahan berat badan, dan disfungsi seksual. 

Mengutip dari Very Well Mind, berikut ini beberapa efek fisik dari depresi.

1. Nyeri

Orang dengan depresi mungkin memiliki rasa sakit dan nyeri yang tidak jelas yang mempengaruhi persendian, anggota badan, atau punggung mereka.

Beberapa orang memiliki “seluruh” tubuh sakit yang mungkin kronis dan melemahkan.

Seseorang dengan nyeri kronis tentu saja dapat menjadi depresi, tetapi mungkin juga rasa sakit fisik dan emosional dapat berasal dari penyebab yang sama.

2. Gejala Gastrointestinal

Orang dengan depresi mungkin sering mengalami masalah perut, seperti mual, kembung, diare, atau sembelit.

Salah satu penjelasan yang mungkin untuk gejala ini melibatkan neurotransmitter di otak dan usus yang disebut serotonin.

Bahan kimia otak dikaitkan dengan depresi karena diyakini membantu mengatur suasana hati, tetapi para peneliti juga tahu bahwa itu juga berperan dalam menjaga fungsi pencernaan.

Sebagian besar serotonin tubuh diproduksi dan disimpan di usus.

Baca Juga: Rentan Alami Gangguan Kesehatan Mental, Berikut Cara agar ODHA Tidak Depresi

3. Kekebalan

Stres juga bisa membuat sistem imun seseorang bekerja kurang maksimal, artinya mereka lebih mudah sakit.

Ketika seseorang dengan sistem kekebalan yang lemah jatuh sakit, mungkin diperlukan waktu lebih lama bagi mereka untuk sembuh.

Beberapa infeksi, seperti flu biasa, umumnya tidak serius.

Namun, sistem kekebalan yang lemah menempatkan seseorang pada risiko mengembangkan komplikasi dari infeksi atau tertular infeksi yang lebih sulit untuk diobati. 

4. Masalah Tidur

Ketika dokter dan profesional kesehatan mental sedang mempertimbangkan diagnosis depresi, gangguan tidur adalah salah satu gejala "inti" yang mereka cari.

Orang yang mengalami depresi sering mengalami kesulitan tidur.

Masalah dapat berkisar dari berjuang untuk jatuh atau tetap tidur, tidak bisa tidur nyenyak, atau tidur terlalu banyak.

Hubungan antara depresi dan tidur berjalan dua arah, karena kesulitan tidur karena alasan apa pun (seperti kondisi medis seperti sleep apnea) meningkatkan risiko seseorang terkena depresi. 

Baca Juga: Ini Faktor Risiko dan Cara Mencegah Depresi Pasca Melahirkan pada Pria

5. Kelelahan

Orang yang mengalami depresi sering merasa bahwa tidak peduli berapa lama mereka tidur, mereka tidak pernah merasa istirahat.

Mereka mungkin mengalami kesulitan untuk bangun dari tempat tidur di pagi hari atau kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, seperti mandi atau melakukan pekerjaan rumah tangga.

Meskipun memiliki energi yang rendah tentu dapat dikaitkan dengan kurang tidur, penelitian telah menunjukkan bahwa hubungan antara depresi dan kelelahan lebih kompleks.

Depresi dan kelelahan dapat menjadi bagian dari siklus di mana energi rendah yang berkelanjutan dan penurunan motivasi memperburuk depresi. 

6. Gejala Psikomotor

Istilah "psikomotor" mengacu pada gejala yang membuat seseorang merasa seolah-olah mereka berpikir dan/atau bergerak dengan kecepatan yang berbeda dari biasanya. 

Misalnya, beberapa orang dengan depresi menganggap pikiran mereka lamban dan merasa gerakan mereka tampak berat. Yang lain mengalami gejala di ujung spektrum yang berlawanan.

Mereka mungkin mengatakan bahwa mereka " tidak bisa duduk diam," atau merasa gelisah, gelisah, dan gelisah.

Secara mental, mereka mungkin mengalami pikiran cemas atau bahkan mengganggu.

7. Tekanan darah tinggi

Orang yang mengalami depresi mungkin sering mengalami stres atau untuk jangka waktu yang lama.

Meskipun bukan satu-satunya penyebab, stres kronis diketahui berkontribusi terhadap tekanan darah tinggi (hipertensi). 

Stres kronis, khususnya, telah dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah.

Pada gilirannya, hipertensi meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit kardiovaskular, yang meliputi serangan jantung dan stroke. 

Baca Juga: Mengenal 4 Jenis Depresi Paling Umum, Salah Satunya Gangguan Bipolar

8. Perubahan Nafsu Makan dan Berat Badan

Depresi dengan sendirinya dapat membuat seseorang merasa ingin makan lebih banyak atau lebih sedikit dari biasanya.

Orang yang mengalami depresi mungkin melaporkan bahwa mereka telah kehilangan berat badan tanpa berusaha atau bertambah berat badan tanpa mengetahui alasannya.

Salah satu faktor yang dapat berkontribusi pada penambahan berat badan adalah "makan emosional" yang mengacu pada seseorang yang menggunakan makanan untuk mengobati perasaan depresinya sendiri.

Perilaku ini dapat menyebabkan kenaikan berat badan dari waktu ke waktu.

Jika seseorang kelebihan berat badan atau obesitas, perubahan citra diri, masalah kesehatan terkait, dan stigma berat badan juga dapat berkontribusi pada (atau memperburuk) depresi.

Depresi juga dapat menyebabkan seseorang kehilangan berat badan.

Kehilangan nafsu makan, energi yang rendah, dan motivasi yang membuat menyiapkan makanan sulit, gejala usus, dan faktor lainnya dapat menyebabkan penurunan berat badan pada seseorang yang tertekan.

Orang yang memiliki gangguan makan , seperti anoreksia nervosa, seringkali juga mengalami depresi atau penyakit mental lainnya.

(*)

Sumber: Very Well Mind
Penulis:
Editor: Maharani Kusuma Daruwati