Galeri Salihara Gelar Pameran Seni dengan Pengalaman Multiindrawi

Firdhayanti - Selasa, 5 Oktober 2021
Karya Elia Nurvista dalam Pameran Salihara, Media Mediascape: Material, Senses and Beyond” yang berlangsung di Galeri Salihara, 11 September - 10 Oktober 2021.
Karya Elia Nurvista dalam Pameran Salihara, Media Mediascape: Material, Senses and Beyond” yang berlangsung di Galeri Salihara, 11 September - 10 Oktober 2021. Galeri Salihara

Parapuan.co - Galeri Salihara menggelar Pameran Seni Rupa bertajuk Mediacape: Material, Senses, and Beyond yang berlangsung dari tanggal 11 September-10 Oktober 2021. 

Diadakan selama sebulan penuh, pameran ini menampilkan enam seniman media baru dari berbagai negara, termasuk Indonesia, Korea Selatan, dan Inggris. 

Pameran ini dilatarbelakangi oleh persepsi indrawi kita yang dibentuk oleh teknologi, di mana perkembangannya yang pesat pun memengaruhi pengalaman multiindrawi atau interaktivitas kita.

Sebagai perpanjangan dari tubuh, teknologi atau media baru telah mengubah cara kita merasakan dunia, terutama terkait arti waktu dan ruang, serta telah menawarkan akses baru terhadap dunia.

Untuk itu, pameran ini menyoroti multiindrawi melalui berbagai pendekatan peraga atau scape, seperti peraga raba (tactile scape), peraga rasa (scape of flavor), peraga maya (digitalscape), peraga suara (soundscape), peraga bau (scape of scent), dan peraga ingatan (memory scape). 

Baca Juga: Ini Dia Pameran Seni Rupa Virtual Ghost Like Us Karya Riar Rizaldi

Dengan ini, khalayak dapat menjelajahi dan memaknai kemampuan indrawi mereka secara mendalam.

Kurator Seni Rupa Komunitas Salihara Asikin Hasan menyebut popularitas seni media baru dalam dekade terakhir telah memperluas kemungkinan seni dari medium visual satu-dimensi menjadi karya multi-sensori dan interaktif.

“Dalam beberapa tahun terakhir, media dan teknologi telah memberikan jalan bagi kolaborasi interdisiplin bebas batas,” ungkap Asikin Hasan.

Pandemi COVID-19 telah menggeser pandangan kita terhadap dunia dan secara signifikan berimbas pada dunia seni.

Dengan pertimbangan kebersihan dan keselamatan publik yang kini menjadi prioritas menuju era new normal, pendekatan terhadap produksi, presentasi, dan pameran seni perlu dievaluasi kembali.

“Meski batasan-batasan bertambah, tidak ada waktu yang lebih baik dari sekarang untuk membuat seni yang dapat diakses secara luas dan bersifat inklusif,” jelas Asikin Hasan menambahkan.

Penulis:
Editor: Rizka Rachmania