Kenali Hustle Culture, Penyebab Pekerja Alami Burnout hingga Depresi

Tentry Yudvi Dian Utami - Minggu, 26 September 2021
Kenali hustle culture, budaya kerja yang bisa menyebabkan burnout hingga kematian
Kenali hustle culture, budaya kerja yang bisa menyebabkan burnout hingga kematian laflor

Tidak Hanya Pekerja Kantoran

Sayangnya, hustle culture ini tak hanya dialami oleh pekerja kantoran saja. Tapi, bisa dialami oleh siapa saja, termasuk mahasiswa.

Zarin Fariha, mahasiswa jusuran filsafat dan sosiologi di Monash University, Australia, mengungkapkan kalau dirinya juga mengalami burnout selama kuliah.

"Saya sering bergadang untuk mengerjakan tugas yang begitu banyak. Hingga saya mengalami burnout sehingga tidak memiliki energi bahkan untuk mengerjakan pekerjaan harian," ujarnya.

Tak hanya mahasiswa, pelaku usaha juga merasakan hal yang sama.

"Di antara banyaknya harga untuk melakukan pekerjaan gila, salah satu harga yang harus bayar adalah kesehatan mental saya. Saya tidak mengutamakannya, dan membuat kondisi begitu parah beberapa tahun ini.

Saya mengalami depresi, tidak memiliki keseimbangan hidup antara kerja dan hidup," curhat Muhammed Asif Khan, Co Founder dan CEO Alpha Catering.

Baca Juga: Performative Workaholism, Gaya Hidup Pekerja yang Suka Pamer Kesibukan

Pandemi membuatnya lebih berat

Tren hustle culture ini juga semakin berat dialami oleh pekerja selama pandemi, terutama mereka yang bekerja dari rumah.

Kita di rumah harus mengurusi pekerjaan rumah, pekerjaan kantor, yang bahkan memikirkan diri sendiri saja sulit.

"Pandemi Covid-19 membuat perubahan gaya kerja untuk pekerja di dunia. Banyak orang kehilangan pekerjaan, dipotong gaji, dan menyeimbangkan kehidupan. Semua ini berdampak untuk kesehatan mental," jelas Dr. M. Tasdik Hasan.