Kenali Hustle Culture, Penyebab Pekerja Alami Burnout hingga Depresi

Tentry Yudvi Dian Utami - Minggu, 26 September 2021
Kenali hustle culture, budaya kerja yang bisa menyebabkan burnout hingga kematian
Kenali hustle culture, budaya kerja yang bisa menyebabkan burnout hingga kematian laflor

Parapuan.co -  Belakangan tengah ramai membicarakan tentang hustle culture yang menjadi gaya kerja milenial pada zaman sekarang.

Melansir headversity, hustle culture adalah budaya kerja yang membuat pekerjanya menjadi gila kerja, bahkan selalu memikirkan pekerjaan.

Tak hanya itu, pekerja juga dituntut untuk terus mengejar kecepatan, ketangguhan, hingga bekerja keras setiap hari.

Bahkan, mereka yang terjebak dalam hustle culture ini tak pernah beristirahat, sekalinya istirahat pun akan selalu memikirkan tentang pekerjaan.

"Pokoknya, kerja, kerja, dan deadline," Ya, begitulah yang ada di dalam benak para pekerja.

Sayangnya, hustle culture ini menjadi tren kerja para milenial, lho, Kawan Puan.

Baca Juga: Duh, Menurut Survei IBCWE Kondisi Mental Pekerja Semakin Memburuk

Wah, kok bisa ya?

Melansir The Daily Star, budaya gila kerja ini mulai marak terjadi di perusahaan dengan basis teknologi. Tentunya, para pekerja diminta untuk mengejar kecepatan, tanpa henti.

Coba saja lihat Tesla, sang CEO, Elon Musk pun pernah mengunggah cuitan di Twitter yang mengungkapkan kalau bekerja 40 jam per minggu tidak akan merubah dunia.

Tak hanya Tesla, beberapa perusahaan terknologi di China bahkan dikenal dengan budaya kerja 996. Pekerjanya dituntut untuk bekerja mulai dari jam 9 pagi hingga 9 malam dalam enam hari.

Tapi, begitulah keadaan kerja para milenial ini, termasuk kita.

Menurut Arijit Saha, Senior Business Analyst di sebuah perusahaan teknologi mengatakan, ini menjadi konsekuensi pekerja sekarang.

"Ketika Anda bekerja di lingkungan kerja yang serba cepat, dan di mana pun Anda bekerja, atasan Anda akan mengklaim bahwa itu adalah tempat kerja yang serba cepat; selalu ada keadaan darurat yang mengharuskan Anda memberikan waktu tambahan selama jam kerja.

Budaya perusahaan pada akhirnya akan menjadi racun jika karyawan menganggap setiap tugas sebagai prioritas tinggi," ujarnya.