Diperingati 23 Agustus, Ini Sejarah Hari Penghapusan Perdagangan Budak

Firdhayanti - Senin, 23 Agustus 2021
Hari Mengenang Perdagangan Budak Tiap 23 Agustus.
Hari Mengenang Perdagangan Budak Tiap 23 Agustus. PIXABAY

Parapuan.co - Kawan Puan, tanggal 23 Agustus setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Internasional Mengenang Perdagangan Budak dan Penghapusannya.

Kali ini, Peringatan International Day for the Remembrance of th Slave Trade and its Abolition tepat jatuh di hari ini, Senin (23/8/2021). 

Menurut UNESCO, adanya hari internasional perdagangan budak ini ditujukan untuk mengenang dan memberi penghormatan kepada orang-orang yang telah mengalami perdagangan budak dan mereka yang berusaha menghapus perdagangan budak di seluruh dunia. 

Baca Juga: Ini Dia Karakter Para Member BLACKPINK Dilihat dari Zodiaknya

Direktur Jenderal UNESCO mengundang Menteri Kebudayaan dari semua negara anggota untuk menyelenggarakan acara setiap tahun pada tanggal tersebut. 

Hal itu tertuang dalam Surat Edaran CL/3494 tanggal 29 Juli 1998 dari Direktur Jenderal kepada Menteri Kebudayaan mengundang semua Negara Anggota untuk menyelenggarakan acara.

Acara tersebut ditujukan untuk menandai 23 Agustus tiap tahun dan melibatkan seluruh masyarakat, khususnya bagi generasi muda, pendidik, seniman, dan intelektual. 

Awal Mula dan Sejarah

Peringatan ini dilatarbelakangi oleh pemberontakan yang terjadi pada 22 hingga 23 Agustus 1971 di Santo Domingo, yang sekarang menjadi Haiti dan Republik Dominika. 

Pemberontakan yang terjadi selama dua hari itu memainkan peran penting dalam penghapusan perdagangan budak transatlantik.

Betapa tidak, menurut timeanddate.com, pemberontakan budak di daerah tersebut melemahkan sistem kolonial Karibia, memicu pemberontakan yang berujung pada penghapusan perbudakan.

Bahkan pemberontakan itu memberikan pulau itu kemerdekaan dan hal ini menandai awal kehancuran sistem perbudakan, perdagangan budak dan kolonialisme.

Meskipun begitu, praktik perdagangan budak ini masih berlangsung hingga abad ke-19. 

Melansir dari slaveryandremembrance.org, selama 366 tahun, perdangangan budak lokal dan regional tidak terhitung jumlahnya di Eropa, Afrika, dan Amerika. 

Baik sistem orang, kapal, dan barang terus berkembang dan mendeportasi setidaknya 12,5 juta orang Afrika ke tujuan di Eropa dan Amerika.

Migrasi paksa tawanan Afrika bergantung pada tiga sistem rumit yang saling terkait yang mengawinkan kepentingan investor, pedagang dan penanam Eropa dan Amerika dengan kepentingan pedagang dan pemimpin Afrika.

Baca Juga: Male Gaze vs Female Gaze: Perbedaan Cara Pandang Perempuan dan Laki-Laki dalam Film

Kepentingan ini disebut juga jalur budak atau 'The Slaves Route'. 

Cara kerjanya, investor di kota-kota pelabuhan seperti Bristol, Nantes, dan Salvador da Bahia mendirikan sirkuit Atlantik atau jalur perdagangan budak di mana kapal mereka dapat memperoleh pekerja untuk memasok perkebunan komersial, tambang, atau pabrik di Amerika.

Setelah itu, para pemimpin Afrika memindahkan tawanan dari hampir semua wilayah pedalaman Afrika ke pasar pesisir. 

Nantinya, para tawanan ini akan diangkut dan bergabung dengan para budak lainnya di Amerika. 

Sedangkan sejak di Amerika, rombongan ini akan diperjualbelikan di pasar sekunder yang memperpanjang perjalanan mengerikan tawanan selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun.

 

Lantas, kini Hari Internasional untuk Peringatan Perdagangan Budak dan Penghapusannya dirayakan di sejumlah negara.

Khususnya di Haiti dan Senegal yang paling terdampak praktik perdagangan budak. 

Dalam peringatan tersebut, diselenggarakan berbagai acara, seperti debat kebudayaan. 

Seperti itu sejarah hari peringatan perdagangan budak dan penghapusannya. Semoga ke depannya sejarah tersebut tidak akan terulang lagi, ya, Kawan Puan. (*) 

Sumber: timeanddate.com,en.unesco.org,slaveryandremembrance.org
Penulis:
Editor: Aghnia Hilya Nizarisda