Menurut Suvei, Mayoritas Masyarakat Indonesia Merasa Kesepian hingga Pernah Ingin Menyakiti Diri Sendiri

Maharani Kusuma Daruwati - Jumat, 13 Agustus 2021
Ilustrasi seorang perempuan yang mengalami gangguan kesehatan mental namun ragu untuk datang ke psikolog
Ilustrasi seorang perempuan yang mengalami gangguan kesehatan mental namun ragu untuk datang ke psikolog 5432action

Parapuan.co - Belakangan menanyakan kabar menjadi hal yang sangat berarti.

Bukan lagi sekedar basa-basi belaka, bertanya "Apa kabar?" menjadi kian bermakna.

Terlebih, sudah satu tahun lebih ini kita berjibaku di tengah pandemi yang berdampak pada banyak aspek, termasuk juga pada kesehatan mental seseorang.

Nah, bertepatan dengan Bulan Kesehatan Mental, Into The Light dan Change.org melakukan survei kesehatan mental masyarakat Indonesia pada Mei-Juni 2021.

Baca Juga: Film Penyalin Cahaya, Tekankan Bahaya Alkohol dan Ancaman Kekerasan Seksual Saat Mabuk

Andrian Liem, peneliti pascadoktoral University of Macau sekaligus mitra Into The Light mengatakan, survei ini dilakukan karena di Indonesia karena belum ada hasil evaluasi yang cukup komprehensif atas informasi dan layanan kesehatan mental, maupun literasi kesehatan mental yang dimiliki.

Into The Light sendiri adalah sebuah komunitas yang punya misi utama untuk mencegah bunuh diri remaja di Indonesia.

Survei kesehatan mental ini diikuti secara daring oleh 5.211 responden yang mayoritas berdomisili di 6 provinsi di Pulau Jawa.

Latar belakang peserta survei beragam secara demografi, misalnya jenis kelamin, kelompok usia, kondisi disabilitas, ketertarikan seksual dan status HIV.

Berdasarkan hasil survei, kesepian ini ditemukan merata di seluruh anggota kelompok umur, area domisili, suku, riwayat pendidikan, pekerjaan, agama, jenis kelamin, ketertarikan seksual, status HIV dan disabilitas (95% sampai 100% anggota setiap kelompok merasa kesepian).

Stigma atau pandangan negatif terhadap bunuh diri masih sangat kuat.