Ada Panic Buying, Ini 3 Penyebab Lonjakan Belanja di Tengah Pandemi

Arintha Widya - Senin, 5 Juli 2021
Ilustrasi belanja di masa pandemi
Ilustrasi belanja di masa pandemi freepik.com

Parapuan.co - Terkait panic buying susu beruang yang terjadi belakangan, penyebabnya tentu bukan semata karena produk tersebut diklaim dapat mencegah seseorang dari terinfeksi virus Covid-19.

Ada beberapa faktor yang membuat orang memborong suatu barang di tengah pandemi seperti sekarang.

Salah satu faktor penyebab panic buying di masa pandemi ini adalah lantaran sebagian besar orang ingin punya stok suatu barang di rumah mereka.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini penyebab pembelian besar-besaran tersebut seperti melansir ecommercetimes.com!

Baca Juga: Mau Belanja Pakaian di Mall Saat Sedang Pandemi? Ikuti Tips Ini!

1. Ingin punya stok

Di masa pandemi seperti sekarang, orang berbelanja baik secara online maupun offline bukan sekadar karena butuh.

Akan tetapi, sebagian besar orang berpikir bahwa mereka perlu berbelanja agar memiliki stok bahan pokok dan kebutuhan rumah tangga.

Bukan hanya yang digunakan untuk kebutuhan bulanan, tetapi yang bisa disimpan selama mungkin yang mereka perlukan.

Pasalnya dengan seperti itu, mereka tidak harus sering-sering keluar dari rumah, sehingga bisa meminimalkan kemungkinan terinfeksi atau menyebarkan virus.

2. Belanja online demi keamanan

Panic buying tidak hanya terjadi di toko offline, tetapi juga online tergantung ketersediaan barang.

Meski begitu, sebagian besar orang memilih untuk berbelanja daring karena lebih aman.

Dengan daring, orang tidak harus berkerumun dan berinteraksi, ataupun keluar dari rumah.

Hal ini menimbulkan lonjakan angka belanja daring, yang juga membuat persaingan E-commerce semakin ketat.

3. Perubahan perilaku

Kedua hal di atas berkaitan dengan adanya perubahan perilaku dari sebagian besar masyarakat.

Seperti diketahui, pandemi membuat sebagian orang memilih belanja daring dari rumah.

Hal ini membuat perilaku pebisnis atau pemilik usaha juga ikut berubah, menyesuaikan dengan perubahan konsumen.

Mereka tentu perlu beralih berjualan daring, yang lama-lama akan menjadi kebiasaan baru, bahkan setelah pandemi berakhir.

Baik penjual maupun konsumen akan disinyalir akan lebih memilih bertransaksi daring karena lebih mudah dan murah.

Stacy Thomson, wakil direktur e-bisnis Scrum50 menerangkan, faktor-faktor di atas bisa bertahan lama lantaran adanya new normal.

Baca Juga: Kenali 3 Tipe Orang yang Kecanduan Belanja Online, Kamu yang Mana?

"Pandemi atau tidak, sebagian besar merk akan selalu memiliki persentase penjualan yang berasal dari ritel," kata Stacy Thomson.

"Perubahan perilaku telah menciptakan lonjakan model bisnis baru seperti kit, layanan berlangganan, dan pengalaman online," ungkapnya.

Kawan Puan sendiri bagaimana? Apakah kamu termasuk orang yang melakukan panic buying di masa pandemi seperti sekarang? (*)