Perempuan Punya Kendali dalam Mewujudkan Mimpi, Saya Tidak Ingin Apapun Menghalangi Proses Perwujudannya

Rizka Rachmania - Selasa, 15 Juni 2021
Ilustrasi tipe perempuan pengelola dalam menggapai mimpi
Ilustrasi tipe perempuan pengelola dalam menggapai mimpi marchmeena29

Saya pun berangkat ke tempat audit, pikiran saya fokuskan ke pekerjaan dan mengesampingkan urusan rumah tangga.

Saya tidak mau impian selama ini hancur karena peristiwa yang tiba-tiba terjadi. Saya akan terus berada di jalan saya mewujudkan mimpi.

Beruntung, audit berjalan lancar dan saya bahkan diterima sebagai manajer tetap di perusahaan tempat bekerja, tanpa harus presentasi ke headquarter di Eropa sebagai syarat lulus probation.

Lega, saya puas bisa memegang kendali atas mimpi dan hidup saya dengan meraih jabatan yang sejak dulu diinginkan.

Baru setelah itu, saya mulai bicara dengan suami. Tidak dimungkiri kalau saya cinta dengan dia.

Namun kembali saya tersadar bahwa saya adalah manusia, saya adalah diriku yang utuh, yang punya jiwa dan raga ini.

Maka saya berpikir, “Jangan sampai saya dikontrol oleh orang lain. Jangan sampai suami mengambil alih, merampas kehidupanku, dan menjebakku dalam kehidupan rumah tangga yang toksik.

“Saya harus berani ambil sikap. Saya tidak mau terus-terusan diselingkuhi suami dan perasaan saya dipermainkan olehnya.”

Maka pada akhirnya, saya memutuskan untuk berpisah. Saya katakan, “Cukup, saya nggak bisa terus sama kamu, saya mau kita berpisah saja.”

Maka, sudah resmilah saya berpisah dengan suami yang tidak ada satu tahun saya nikahi.

Menyesal mungkin ada, namun saya tidak terlarut dalam pikiran buruk. Pikir saya, “Menikah dengannya adalah keputusan yang dulu saya ambil, maka saya harus terima risiko jika memang saat ini kami harus berpisah.”

Sebenarnya bukan karena alasan selingkuh saja,  saya menceraikan suami. Selama pernikahan kami, ia adalah orang yang manipulated. Dia selalu memanipulasi. Ia pernah berkata, “Saya nggak mungkin selingkuh kalau kamu bisa jadi istri yang baik.”

Jujur saat ia mengatakan itu saya ter-trigger, hingga saya menanyakan self-worth saya. “Apa iya, saya kurang baik jadi istri?”

Baca Juga: Wah, Bucin Ternyata Jadi Tanda Adanya Inner Child yang Terluka, Lho!

Namun setelah mengetahui selingkuh adalah bagian dari hidupnya, karena ia selingkuh dengan tidak hanya satu perempuan saja, maka saya sadar itu bukan salah diri saya.

Penulis:
Editor: Rizka Rachmania