Apakah Toleransi Bisa Meredakan Konflik dengan Mertua? Ini Kata Psikolog

Tentry Yudvi Dian Utami - Minggu, 6 Juni 2021
Basa-basi bertemu calon mertua
Basa-basi bertemu calon mertua monzenmachi

2. Keterlibatan Mertua dalam Pengasuhan Anak

Hubungan akan lebih kompleks saat kita hamil dan juga punya anak.

Sebagai orangtua, mertua pastinya merasa memiliki tanggung jawab dengan masa depan cucunya. Dan, tak ayal, kondisi seperti inilah yang sering menimbulkan masalah dengan mertua.

Bahkan, tak hanya sudah memiliki anak, konflik antara menantu dan mertua juga bisa timbul sejak Mums menjalani program kehamilan atau hamil.

Sekitar 65% dari 586 ibu yang sedang menjalani program kehamilan atau sedang hamil pun mengaku mengalaminya.

Ada pun tiga konflik utama yang sering muncul di masa ini antara lain permintaan mertua kepada menantu untuk melakukan hal-hal yang tidak sesuai keinginan (30%), kritik mertua terhadap menantu (28%), dan intervensi mertua dalam keputusan untuk memilih layanan medis selama program kehamilan atau ketika menjalani kehamilan (15%).

Sementara itu, dari 527 ibu yang sudah memiliki anak, 58% di antaranya juga ternyata kerap mengalami konflik dengan mertua terkait pola pengasuhan.

Baca Juga: Ragukan Pikiran Sendiri Karena Pernyataan Pasangan? Bisa Jadi Kamu Alami Gaslighting, Ini Alasannya!

Perbedaan pendapat tentang cara perawatan anak menjadi sumber masalah utama dari konflik dengan mertua, diikuti dengan pola dan kebiasaan makan anak, kemudian waktu tidur anak.

Ajeng menenekankan bahwa "happiness is compromising". Artinya, jika ibu menginginkan kehidupan relasi dengan mertua terasa menyenangkan, maka semuanya harus dikompromikan.

Beberapa pasangan mertua mungkin ada yang menyadari bahwa terdapat perbedaan pola asuh antara zamannya dan zaman sekarang, sehingga mereka tidak ingin terlalu mengintervensi keputusan kamu dan suami sejak anak kecil.

"Jika memang mertua tidak menyadari adanya perbedaan tersebut, sebagai menantu tidak ada salahnya untuk mengupayakan berkompromi dan berdiskusi demi tercipta keharmonisan. Tidak perlu langsung serta merta menolak omongan mertua, karena selain bisa menyakiti, mungkin omongan tersebut bisa berguna juga," kata Ajeng.

Ajeng memberikan saran, misalnya jika ada webinar mengenai perawatan bayi, cobalah untuk mengajak mertua ikut serta di dalamnya.

Dengan begini, mertua memperoleh pengetahuan baru dan melihat fakta akan adanya perbedaan pola pengasuhan yang dimaksud.

Alih-alih mertua merasa digurui oleh menantu, mertua juga bisa berkompromi mengenai pola asuh apa yang memang cocok untuk diterapkan.

"Yang penting itu, bersyukur dan pandai melihat apa yang bisa kita syukuri. Kedua, jangan mudah emosi negatif. Ketiga, perlu diingat kalau semua masalah tidak akan selesai dalam waktu singkat, Memang butuh proses dan kita harus yakin bahwa lama-lama kita bisa solving the problem juga selama kita mengupayakan cara penyelesaiannya," tambah Ajeng.