Mulai Sadar Sejak Menikah, Caca Tengker Beralih ke Gaya Hidup Organik, Terutama untuk Nutrisi Anak

Maharani Kusuma Daruwati - Senin, 31 Mei 2021
ilustrasi susu organik
ilustrasi susu organik gannett

Parapuan.co - Tren makanan organik sudah lama digemari di berbagai negara seperti Eropa, Denmark, China, hingga MENA.

Selain rasanya yang dinilai lebih segar dan enak, sumber dan proses pengolahannya pun terjamin bebas dari pestisida dan hormon pertumbuhan lainnya yang dapat menimbulkan risiko intoleransi atau alergi.

Tren ini juga berkembang di wilayah Asia, khususnya Indonesia.

Melansir Boldsky, makanan organik merujuk pada hasil pertanian yang ditanam tanpa menggunakan pupuk buatan, pestisida, maupun organisme hasil rekayasa genetika.

Baca Juga: Kampanye #RealDeal Ajak Perempuan Indonesia Tingkatkan Kesadaran Akan Imposter Syndrome

Itu untuk hasil pertanian seperti sayuran dan buah, berbeda halnya dengan kategori makanan organik untuk produk hewani.

Produk hewani seperti daging sapi, telur, dan susu dianggap organik apabila tidak diberi antibiotik atau hormon pertumbuhan.

Sederhananya, makanan organik mewakili bahan-bahan pangan yang ditanam, diolah, dan diproduksi dengan cara yang ramah lingkungan.

Sebagai contoh, tumbuhan tidak dirawat dengan bahan-bahan kimia.

Sementara hewan, hanya diberi pakan organik dan dijauhkan dari obat-obatan atau bahan kimia berbahaya.

Kini para orang tua pun nampaknya juga sudah mulai beralih memberikan pangan organik untuk anak-anaknya.