Parapuan.co - Kerja sama antara SIS Group of Schools dan Cambridge kembali menegaskan pentingnya kolaborasi strategis dalam dunia pendidikan. Bukan hanya sebatas kerja sama akademik, tetapi membangun ekosistem pembelajaran yang mendukung siswa, guru, hingga orang tua dalam menghadapi tantangan masa depan.
Siti Fatimah Novita, salah satu siswa SIS South Jakarta yang menjadi pembicara, menekankan bahwa ikatan erat antara SIS dengan Cambridge menghadirkan pengalaman belajar yang lebih inspiratif.
Menurutnya, para guru menjadi lebih berdedikasi, mudah diajak berdialog, serta menghadirkan pembelajaran yang menantang sekaligus memotivasi. Ia menyebutkan bahwa "Lingkungan sekolah terasa aman, nyaman dan membuat kami percaya diri untuk berkembang."
Ia juga menambahkan bahwa sistem yang diterapkan tidak hanya menitikberatkan pada akademik semata. Ada perhatian khusus untuk membentuk pribadi yang siap menghadapi kehidupan nyata, sehingga orang tua merasa tenang sebab anak-anak telah dipersiapkan menjadi pribadi utuh.
Sejalan dengan itu, Director of Academic and Curriculum, Kavita Jaisi menegaskan bahwa visi SIS dan Cambridge berangkat dari pemikiran yang sama. Keduanya mengedepankan pendekatan berbasis riset di dalam kelas, termasuk metode pembelajaran aktif. Lebih dari itu, pengakuan internasional menjadi tujuan utama untuk siswa bisa menembus universitas terbaik di dunia.
"Belajar memang sulit, dari dulu hingga sekarang. Namun, standar akademik yang tinggi adalah kunci. Kami ingin siswa terbiasa dengan tantangan sehingga mereka memiliki daya saing global," tegas Kavita.
Menurutnya, hal ini hanya bisa terwujud melalui pelatihan guru yang berkelanjutan serta dukungan penuh dari orang tua.
Para guru pun diuntungkan dengan adanya pelatihan profesional yang terstruktur. Mereka mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan, memperkaya pengalaman, serta meningkatkan rasa percaya diri.
Dampaknya, suasana belajar di kelas menjadi lebih dinamis, sedangkan siswa terbiasa menjawab pertanyaan dengan cara berpikir kritis khas Cambridge.
Baca Juga: 3 Tantangan Besar yang Rentan Dihadapi Perempuan di Sektor Pendidikan
Panel diskusi juga menyinggung tagline 'Ready for the World' yang mencerminkan semangat kolaborasi ini. Bukan hanya sekadar tentang ujian atau prestasi akademik, melainkan membangun sistem pendidikan yang mampu memberdayakan seluruh ekosistem pembelajaran.
Guru memperoleh akses terhadap sumber daya berkualitas tinggi, siswa dilatih berpikir kritis sekaligus percaya diri, dan orang tua mendapatkan kepastian kualitas pendidikan dengan biaya yang tetap terjangkau.
Lebih lanjut, pembicaraan berkembang pada pentingnya memilih mitra strategis dalam dunia pendidikan. Chied Operating Officer SIS Group of Schools, Andrew Paterson M.Ed menekankan bahwa bahkan organisasi besar sekalipun membutuhkan mitra untuk menjaga fokus dan kualitas.
Hal serupa berlaku di dunia pendidikan, di mana SIS telah menjalin kemitraan dengan Cambridge selama lebih dari 30 tahun.
Kepercayaan panjang itu lahir dari keyakinan bahwa Cambridge memiliki pakar terbaik di dunia untuk menjawab dinamika pendidikan global.
Perubahan teknologi, termasuk kemunculan kecerdasan buatan Artifical Intelligence (AI), hingga perdebatan kurikulum internasional menjadi alasan kuat mengapa kemitraan ini tetap relevan.
"Di era ketika banyak tren pendidikan muncul tanpa landasan yang jelas, kami tidak ingin sekolah dijalankan hanya dengan algoritma atau termakan berita palsu. Dengan Cambridge, ada jaminan bahwa pembaruan kurikulum dilakukan melalui proses ketat dan ilmiah," tegas Andrew.
Selain itu, pengakuan internasional dari Cambridge memberi nilai tambah besar bagi sekolah-sekolah SIS. Standar pendidikan yang diterapkan tidak hanya setara dengan sekolah di Indonesia, tetapi juga sejajar dengan sekolah-sekolah di Amerika, Inggris, Singapura, hingga negara lain. Hal ini memudahkan mobilitas siswa yang berpindah dari satu negara ke negara lain.
Baca Juga: Perempuan Mandiri Alami Burnout, Bagaimana Cara Efektif Mengatasinya?
Tidak hanya tentang standar internasional, kemitraan ini juga dianggap mampu menjaga relevansi pendidikan di tengah perubahan budaya belajar.
Head of Senior Schools for SIS Group od Schools, Andi Elisa menyebut bahwa inspirasi siswa kini lebih banyak datang dari media sosial dengan durasi singkat, seperti video 20 detik di TikTok.
Dalam konteks ini, peran sekolah menjadi semakin krusial untuk menghadirkan pembelajaran yang tetap menginspirasi dan bermakna.
Fatima sendiri merasakan hal itu secara nyata. Baginya, semangat belajar tumbuh karena dukungan komunitas, guru yang mampu memotivasi, serta sistem pembelajaran tidak monoton.
Sedangkan dari sisi guru, kesempatan untuk berbagi praktik terbaik menjadi ruang inovasi yang berharga. Guru tidak hanya mengajar, tetapi juga menjadi bagian dari komunitas global yang saling bertukar ide. Hal ini pada akhirnya menciptakan atmosfer belajar lebih progresif.
Sementara itu, orang tua memperoleh ketenangan hati karena tahu anak-anak mereka tidak hanya dibekali pengetahuan akademis, melainkan juga keterampilan hidup. Pendidikan dipandang sebagai investasi jangka panjang, dan kemitraan Cambridge dengan SIS memberikan jaminan bahwa investasi itu dikelola dengan baik.
Di akhir sesi, seluruh diskusi menekankan pentingnya kepemimpinan yang visioner. Dengan kepemimpinan yang matang, kualitas pendidikan dapat tetap terjaga, terjangkau, sekaligus relevan dengan kebutuhan zaman.
Kolaborasi dari dua pihak ini hadir bukan sekadar kerja sama administratif, tetapi wujud nyata komitmen bersama dalam menyiapkan generasi yang benar-benar siap menghadapi dunia.
Dari ruang kelas hingga ke panggung global, siswa dituntun untuk berani bermimpi lebih tinggi dan menggapainya dengan percaya diri.
Baca Juga: Belajar Skill Bergaji Tinggi dengan Bantuan AI, Kenapa Tidak? Ini Caranya
(*)
Putri Renata