Kolaborasi Pendidikan Standar Internasional untuk Generasi Unggul

Tim Parapuan - Rabu, 10 September 2025
Dok. KIRI KE KANAN: Head of Senior Schools for SIS Group of Schools, Andi Elisa (moderator); student SIS South Jakarta, Siti Fatimah Novita Sutardjo; Cambridge, Senior Country Manager Indonesia, Dian Apriyani; Chief Operating Officer SIS Group of Schools, Andrew Paterson M.Ed.; Director of Academic & Curriculum, Kavita Jaisi.

Panel diskusi juga menyinggung tagline 'Ready for the Worldyang mencerminkan semangat kolaborasi ini. Bukan hanya sekadar tentang ujian atau prestasi akademik, melainkan membangun sistem pendidikan yang mampu memberdayakan seluruh ekosistem pembelajaran.

Guru memperoleh akses terhadap sumber daya berkualitas tinggi, siswa dilatih berpikir kritis sekaligus percaya diri, dan orang tua mendapatkan kepastian kualitas pendidikan dengan biaya yang tetap terjangkau.

Lebih lanjut, pembicaraan berkembang pada pentingnya memilih mitra strategis dalam dunia pendidikan. Chied Operating Officer SIS Group of Schools, Andrew Paterson M.Ed menekankan bahwa bahkan organisasi besar sekalipun membutuhkan mitra untuk menjaga fokus dan kualitas.

Hal serupa berlaku di dunia pendidikan, di mana SIS telah menjalin kemitraan dengan Cambridge selama lebih dari 30 tahun.

Kepercayaan panjang itu lahir dari keyakinan bahwa Cambridge memiliki pakar terbaik di dunia untuk menjawab dinamika pendidikan global.

Perubahan teknologi, termasuk kemunculan kecerdasan buatan Artifical Intelligence (AI), hingga perdebatan kurikulum internasional menjadi alasan kuat mengapa kemitraan ini tetap relevan.

"Di era ketika banyak tren pendidikan muncul tanpa landasan yang jelas, kami tidak ingin sekolah dijalankan hanya dengan algoritma atau termakan berita palsu. Dengan Cambridge, ada jaminan bahwa pembaruan kurikulum dilakukan melalui proses ketat dan ilmiah," tegas Andrew.

Selain itu, pengakuan internasional dari Cambridge memberi nilai tambah besar bagi sekolah-sekolah SIS. Standar pendidikan yang diterapkan tidak hanya setara dengan sekolah di Indonesia, tetapi juga sejajar dengan sekolah-sekolah di Amerika, Inggris, Singapura, hingga negara lain. Hal ini memudahkan mobilitas siswa yang berpindah dari satu negara ke negara lain.

Baca Juga: Perempuan Mandiri Alami Burnout, Bagaimana Cara Efektif Mengatasinya?