Parapuan.co - Beberapa waktu lalu usai rumah Uya Kuya turut jadi target penjarahan, belasan kucing dari kediamannya diselamatkan. Sherina Munaf menjadi salah satu orang yang menyelamatkan beberapa ekor kucing milik Uya Kuya. Dari sejumlah kucing yang dibawa, ada di antaranya yang kutuan.
Berbicara mengenai kutu pada kucing, ternyata dampaknya bukan sebatas menyebabkan gatal. Kutu dapat menularkan berbagai penyakit dan kondisi medis berbahaya bagi kucing, bahkan bisa berisiko pada manusia. Yuk, simak uraiannya yang dirangkum dari Frontline di bawah ini!
1. Alergi Air Liur Kutu (Flea Allergy Dermatitis/FAD)
Beberapa kucing memiliki sensitivitas tinggi terhadap air liur kutu. Akibatnya, gigitan kutu bisa memicu reaksi alergi yang dikenal sebagai flea allergy dermatitis atau FAD. Kondisi ini menyebabkan iritasi kulit yang tidak hanya terbatas di area gigitan, tetapi bisa menyebar ke ekor, perut, hingga paha bagian dalam.
Gejalanya antara lain rambut rontok akibat sering menggaruk, muncul benjolan kecil seperti koreng, hingga infeksi kulit. Selama kutu tidak dikendalikan, masalah ini akan terus berlanjut.
2. Bartonellosis
Kutu juga dapat menularkan bakteri Bartonella henselae yang menyebabkan penyakit bartonellosis pada kucing. Kebanyakan kucing tidak menunjukkan gejala, tetapi dalam kasus berat bisa timbul demam, kelesuan, pembesaran kelenjar getah bening, hingga hilang nafsu makan.
Bahaya lainnya, bakteri ini dapat menular ke manusia dan menimbulkan penyakit cat scratch disease. Infeksi terjadi jika goresan kucing terkontaminasi kotoran kutu, atau saat kucing menjilat luka terbuka seseorang. Pada manusia, penyakit ini dapat menimbulkan demam, pembengkakan kelenjar getah bening, hingga luka bernanah di area infeksi.
3. Anemia
Baca Juga: 5 Bahaya Ini Mengintai Kucing Peliharaan Ketika Bermain di Luar Rumah
Infestasi kutu dalam jumlah banyak bisa membuat kucing kehilangan banyak darah hingga mengalami anemia. Kondisi ini ditandai dengan tubuh lemah, napas cepat, lesu, bahkan bisa berakibat fatal jika tidak segera ditangani. Risiko anemia lebih tinggi pada anak kucing yang tubuhnya masih kecil dan rentan.
4. Infeksi Cacing Pita
Saat membersihkan diri, kucing bisa secara tidak sengaja menelan kutu yang sudah terinfeksi telur cacing pita. Begitu masuk ke dalam tubuh, telur menetas dan menempel pada dinding usus. Gejala yang mungkin terlihat adalah adanya butiran putih mirip biji beras di sekitar anus atau kotoran kucing. Meski jarang menyebabkan penyakit serius, infeksi ini bisa mengganggu kenyamanan kucing dan menimbulkan rasa gatal di area anus.
Pencegahan dan Penanganan
Mencegah jauh lebih mudah daripada mengobati. Meskipun kucing hanya tinggal di dalam rumah, ia tetap berisiko terkena kutu. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:
- Rutin memeriksa bulu kucing dengan sisir kutu, terutama di area lipatan seperti ketiak, perut, dan pangkal ekor.
- Membersihkan rumah secara teratur dengan menyedot debu dan mencuci tempat tidur kucing untuk mencegah telur dan larva kutu berkembang.
- Perawatan lingkungan luar rumah seperti memotong rumput, membersihkan dedaunan, dan menggunakan bahan pengendali serangga yang aman bagi hewan.
- Menggunakan produk antiparasit khusus yang mampu membasmi kutu dewasa sekaligus menghentikan siklus hidupnya.
Kutu bukan hanya masalah estetika atau sekadar gatal pada kucing. Infestasi kutu bisa memicu alergi, menularkan bakteri, menyebabkan anemia, hingga menjadi perantara cacing pita.
Karena itu, menjaga kebersihan kucing dan lingkungannya sangat penting untuk mencegah bahaya yang lebih besar. Dengan langkah pencegahan yang tepat, kucing bisa terhindar dari risiko kesehatan yang disebabkan oleh kutu.
Baca Juga: 5 Cara Menenangkan Kucing Peliharaan yang Stres, Pemilik Perlu Tahu
(*)