Parapuan.co - Diabetes insipidus merupakan salah satu gangguan kesehatan yang namanya mirip dengan diabetes melitus. Namun, kedua penyakit ini sebenarnya berbeda jauh. Jika diabetes melitus berkaitan dengan tingginya kadar gula darah, maka diabetes insipidus justru berhubungan dengan masalah keseimbangan cairan dalam tubuh.
Kondisi ini terjadi akibat adanya gangguan pada produksi maupun fungsi hormon antidiuretik atau vasopresin. Hormon tersebut berperan penting dalam mengatur jumlah cairan yang dikeluarkan ginjal. Saat fungsi hormon ini terganggu, tubuh bisa kehilangan cairan dalam jumlah besar melalui urine.
Melansir laman Cleaveland Clinic, diabetes insipidus tergolong sangat jarang terjadi. Diperkirakan hanya satu dari 25.000 orang di seluruh dunia yang mengalami kondisi ini. Meskipun jarang, penyakit ini tetap perlu diwaspadai karena dapat menimbulkan dehidrasi parah bila tidak segera ditangani.
Gejala Diabetes Insipidus
Salah satu ciri khas diabetes insipidus adalah rasa haus yang terus-menerus. Penderita bisa tetap merasa kering tenggorokan meskipun sudah banyak minum. Selain itu, frekuensi buang air kecil juga meningkat drastis, bahkan bisa mengeluarkan belasan hingga puluhan liter urine setiap harinya.
Gejala ini juga kerap membuat penderita merasa sangat lelah. Aktivitas sehari-hari bisa terganggu karena sering bolak-balik ke kamar mandi, termasuk di malam hari. Berpengaruh juga pada kualitas tidur penderita yang ikut menurun sehingga berdampak pada kondisi fisik dan mental.
Selain rasa haus berlebih dan sering buang air kecil, gejala lain yang perlu diperhatikan adalah urine yang berwarna sangat bening, mulut dan mata terasa kering, hingga mudah merasa pusing. Jika penderita berhenti minum dalam waktu lama, dehidrasi bisa dengan cepat terjadi.
Kawan Puan perlu tahu jika dehidrasi yang dialami penderita diabetes insipidus ini sangat berbahaya. Tubuh dapat kehilangan banyak elektrolit yang sebenarnya dibutuhkan untuk mendukung kerja organ vital. Gejala dehidrasi meliputi lemas, mual, sulit berkonsentrasi, bahkan bisa menyebabkan pingsan.
Tanpa penanganan yang cepat, dehidrasi berat bisa berujung fatal. Maka dari itu, penderita sangat dianjurkan untuk menjaga asupan cairan dan segera mendapatkan pemeriksaan medis bila gejala muncul. Dokter biasanya akan melakukan serangkaian tes untuk memastikan diagnosis sekaligus menentukan langkah pengobatan.
Baca Juga: Mengulik Risiko dan Manfaat Madu untuk Penderita Diabetes
Apa Penyebabnya?
Dari sisi penyebab, melansir laman Mayo Clinic, dijelaskan bahwa diabetes insipidus muncul ketika tubuh gagal mempertahankan keseimbangan cairan. Normalnya, cairan yang masuk ke ginjal akan difilter. Sebagian besar cairan dikembalikan ke peredaran darah, sedangkan sisanya dikeluarkan sebagai urine. Namun, tanpa hormon antidiuretik yang cukup, ginjal tidak bisa bekerja optimal sehingga cairan terlalu banyak terbuang.
Hormon antidiuretik itu sendiri diproduksi di hipotalamus dan disimpan di kelenjar pituitari yang terletak di dasar otak. Apabila produksi hormon ini menurun atau tubuh tidak meresponsnya dengan baik, maka risiko diabetes insipidus semakin besar.
Risiko yang Didapatkan
Beberapa faktor risiko yang dapat memicu kondisi ini antara lain riwayat keluarga dengan kelainan serupa, konsumsi obat tertentu seperti diuretik, kadar kalsium yang tinggi dalam darah, atau pernah mengalami cedera kepala berat. Operasi di area otak juga bisa menjadi salah satu penyebab.
Meski siapa pun bisa terkena, individu dengan faktor risiko tersebut memiliki kemungkinan lebih besar. Oleh karena itu, penting untuk mengenali tanda-tandanya sejak dini agar tidak menimbulkan komplikasi serius
Hingga kini, belum ada obat yang benar-benar menyembuhkan diabetes insipidus. Pengobatan yang tersedia lebih difokuskan untuk mengurangi gejala, mencegah dehidrasi, dan membantu tubuh mempertahankan cairan. Beberapa pasien mungkin memerlukan terapi obat tertentu untuk menstabilkan kondisi.
Namun untuk menjaga tubuh tetap sehat dan tidak semakin memburuk dapat dicegah dengan perawatan yang tepat, sehingga penderita bisa tetap menjalani hidup normal. Hal terpenting adalah disiplin mengikuti arahan dokter, menjaga pola hidup sehat, serta memantau kondisi tubuh secara rutin.
Kesadaran masyarakat tentang penyakit ini juga perlu ditingkatkan. Tidak sedikit orang yang keliru mengira diabetes insipidus sama dengan diabetes melitus. Padahal, mekanisme penyakit dan penanganannya benar-benar berbeda.
Dengan informasi yang tepat, masyarakat diharapkan lebih cepat tanggap ketika menemukan gejala pada diri sendiri maupun orang terdekat. Diagnosis dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi serius, terutama risiko dehidrasi yang bisa mengancam nyawa.
Kawan Puan perlu memperhatikan bahwa diabetes insipidus termasuk dalam penyakit langka, tetapi bukan berarti tidak berbahaya. Mengenalinya lebih awal, memahami penyebab dan gejalanya, serta melakukan kontrol medis secara teratur adalah kunci utama agar Kawan tetap bisa hidup sehat dan berkualitas.
Baca Juga: Berbagai Faktor Risiko dan Gejala Diabetes Melitus di Usia Muda
(*)
Putri Renata