Parapuan.co – Setiap orangtua pasti pernah menghadapi momen ketika anak mereka tiba-tiba menangis keras, berteriak, atau bahkan melempar barang karena frustrasi. Kondisi inilah yang dikenal sebagai tantrum. Situasi ini sering membuat orangtua kewalahan, apalagi jika terjadi di tempat umum.
Melansir laman Family Education, tantrum bukanlah tanda kenakalan, melainkan proses alami anak dalam belajar mengelola emosi. Namun, cara orang tua merespons sangat menentukan apakah situasi akan mereda atau justru semakin memanas.
Jennifer Caffelle, seorang pakar pendidikan keluarga, menjelaskan bahwa kunci utama menghadapi anak tantrum adalah dengan tetap tenang. “Kita perlu menghindari reaksi berlebihan. Anak-anak perlu tahu bahwa emosinya sah, dan orangtua hadir untuk membimbing mereka, bukan untuk menolak perasaan itu,” ujarnya.
Caffelle menyarankan agar orang tua menggunakan kalimat sederhana dan penuh empati. Menurutnya, kata-kata yang tepat dapat membantu anak merasa dimengerti, sekaligus memberi mereka ruang untuk menenangkan diri.
Sementara itu, Brittany McCabe, spesialis perkembangan anak, menambahkan bahwa setiap anak memiliki cara berbeda dalam mengekspresikan emosi. “Orang tua harus memahami karakter anaknya. Konsistensi dalam menghadapi tantrum akan membantu anak belajar mengelola emosi dengan lebih baik,” katanya.
Mengapa penting memilih kalimat yang tepat? Karena tantrum tidak semata-mata perilaku sulit, tetapi bagian dari proses pertumbuhan emosional. Saat orang tua memberi validasi pada perasaan anak, mereka akan belajar mengenali emosi sendiri tanpa merasa diabaikan.
Berikut tujuh kalimat yang direkomendasikan para pakar untuk diucapkan kepada anak ketika mereka sedang tantrum.
1. “Kamu lagi marah banget ya?”
Kalimat sederhana ini membuat anak sadar akan emosi yang sedang dirasakannya. Mengenali rasa marah atau kecewa adalah langkah awal agar mereka bisa belajar mengendalikannya.
Baca Juga: Strategi Menghadapi Anak yang Tantrum Saat Cara Biasa Tak Lagi Ampuh
2. “Mama juga pernah marah, ayo kita hadapi bareng-bareng.”
Dengan ucapan ini, orang tua memberi contoh bahwa marah adalah hal yang wajar. Anak juga merasa tidak sendirian dalam menghadapi masalah yang membuatnya frustrasi.
3. “Kalau gitu, mau coba cara lain enggak?”
Daripada langsung menyelesaikan masalah untuk anak, orang tua bisa mengajak mereka mencari solusi bersama. Pendekatan ini melatih anak belajar mengambil keputusan.
4. “Sepertinya ini bikin susah, kita istirahat dulu sebentar ya.”
Memberi jeda akan membantu anak menurunkan intensitas emosinya. Setelah tenang, mereka bisa melanjutkan aktivitas dengan lebih nyaman.
5. “Mama ada di sini kalau kamu butuh bantuan.”
Kalimat ini memberi sinyal bahwa anak bebas memilih kapan mau menerima pertolongan. Kehadiran orang tua tetap terasa, tanpa memaksa.
Baca Juga: Tantrum hingga Mimpi Buruk, Ini 7 Gangguan Tidur Pada Anak dan Solusinya
6. “Enggak apa-apa kok kalau mau nangis, Mama tunggu sampai kamu tenang.”
Memberi ruang untuk mengekspresikan perasaan membuat anak merasa aman. Mereka tahu orang tua tetap ada tanpa menghakimi.
7. “Mama tahu rasanya kadang enggak adil.”
Meski situasi tak bisa diubah, anak tetap berhak merasa kecewa. Ucapan seperti ini membantu mereka merasa dihargai, bahkan ketika keadaan tidak sesuai harapan.
Menurut Caffelle, yang terpenting dalam menghadapi tantrum adalah sikap tenang dari orang tua. Anak belajar dari cara orang dewasa merespons masalah. Ketika orang tua konsisten, anak akan merasa lebih aman dan lebih cepat menemukan cara untuk menenangkan diri.
McCabe menambahkan, orang tua sebaiknya mulai mengenali pola perilaku anak. Dengan begitu, tantrum dapat diantisipasi sebelum meledak. Misalnya, mengenali tanda-tanda kelelahan atau rasa lapar yang sering menjadi pemicu.
Tantrum mungkin tidak sepenuhnya bisa dihindari, terutama pada anak usia balita. Namun, dengan ucapan sederhana yang menenangkan, anak bisa belajar bahwa emosi adalah bagian alami dari kehidupan. Mereka akan memahami bahwa marah, kecewa, atau sedih bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, melainkan bisa dihadapi bersama.
Meski kadang melelahkan, momen ini juga bisa menjadi kesempatan bagi orangtua untuk menanamkan empati, kesabaran, dan rasa aman. Dengan konsistensi dan komunikasi yang penuh pengertian, anak perlahan akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih kuat secara emosional dan mampu menghadapi tantangan di masa depan.
Baca Juga: Mengetahui Penyebab Anak Tantrum dan Cara Orang Tua Mengatasinya
(*)
Putri Renata