Waspada, Ancaman di Balik Tontonan Video Buatan AI terhadap Anak-Anak

Arintha Widya - Selasa, 2 September 2025
Ancaman di Balik Tontonan Video Buatan AI terhadap Anak-Anak
Ancaman di Balik Tontonan Video Buatan AI terhadap Anak-Anak Mahmud013

Menurut Natalie Bidnick Andreas, EdD, pakar komunikasi dan literasi media dari University of Texas at Austin, video AI sering kali mirip dengan kartun atau lagu anak yang dikenal. Namun, ada ciri khusus, yaitu suara narator yang terdengar kaku, sinkronisasi bibir yang tidak pas, atau gerakan animasi yang janggal.

Titania Jordan menambahkan bahwa absurditas sering jadi tanda. "Semakin absurd sebuah video, semakin besar kemungkinan itu palsu. Kadang keanehan itu justru sengaja dibuat, misalnya anjing golden retriever yang membuat omelet di restoran Prancis," ungkapnya.

Selain itu, detail tubuh seperti mata dan tangan sering terlihat aneh karena sulit ditiru secara realistis oleh AI.

Risiko Video AI untuk Anak

Beberapa bahaya nyata dari video AI yang perlu diwaspadai:

1. Konten tidak pantas: AI bisa memunculkan konten kekerasan atau seksual tanpa pengawasan. Dr. Kollins menyinggung kasus lama di YouTube, di mana video mirip kartun Peppa Pig justru menampilkan adegan disturbing, seperti gigi dicabut oleh dokter gigi menyeramkan.

2. Misinformasi: AI kerap "mengarang fakta" dengan meyakinkan. Anak yang menonton video edukasi palsu bisa menyerap informasi salah tanpa disadari.

3. Kualitas buruk: Menurut Dr. Andreas, "Anak membutuhkan ritme yang tepat, bahasa yang jelas, dan nilai edukatif yang bermakna—sesuatu yang sering hilang dalam video buatan AI."

4. Risiko bagi orang tua dan kakek-nenek: Jordan mengingatkan bahwa orang dewasa, terutama lansia, juga rentan tertipu konten AI, mulai dari berita palsu hingga penipuan kesehatan dengan kedok “obat ajaib”.

Baca Juga: Sediakan Konten Khusus yang Ramah Anak, Seberapa Aman YouTube Kids?

Apa yang Bisa Dilakukan Orang Tua?

Meski menakutkan, orang tua tetap punya kendali. Para pakar memberi sejumlah tips yang terangkum di bawah ini:

  • Ajarkan anak mengenali konten AI. Tunjukkan contoh video palsu dan diskusikan perbedaannya.
  • Gunakan kontrol orang tua. Manfaatkan YouTube Kids, akun terawasi, matikan autoplay, dan pilih channel terpercaya.
  • Biasakan cek fakta. Ajarkan anak memverifikasi informasi di internet melalui sumber berita terpercaya.
  • Bangun kebiasaan layar sehat. Dampingi anak menonton, batasi waktu layar, dan dorong aktivitas bermain bebas.
  • Gunakan "password keluarga". Ini berguna untuk melindungi anggota keluarga dari penipuan yang menyamar sebagai kerabat dekat.

Video AI untuk anak memang bisa menghibur, tapi juga membawa risiko besar: dari penyampaian informasi yang salah, konten tak pantas, hingga kualitas pendidikan yang rendah. Namun, fenomena ini bisa jadi kesempatan bagi orang tua untuk membangun keterampilan literasi digital anak.

Dr. Kollins menegaskan pentingnya komunikasi terbuka. "Kuncinya adalah menciptakan ruang aman tanpa menghakimi untuk percakapan itu. Ini wilayah baru bagi semua orang, tapi dengan menormalkan obrolan itu, keluarga bisa menghadapi tantangan ini bersama-sama," tutupnya.

(*)

Sumber: Parents
Penulis:
Editor: Arintha Widya